REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia meminta Kementerian Luar Negeri memberikan imbauan kepada negara-negara ASEAN untuk menyikapi persoalan Rohingya. Melalui sikap tersebut diharapkan ada tindakan dari pemerintah dan militer Myanmar untuk menghentikan aksi kekerasan dan kebrutalan terhadap Muslim Rohingya.
"MUI juga mengimbau negara-negara Islam untuk turun tangan. Ia mengungkapkan bagaimana caranya agar negara-negara OKI (organisasi konferensi Islam) bisa turun dan bisa menghentikan kekerasan dan kebrutalan ini secara permanen," kata Sekjen MUI, Anwar Abbas.
Menurutnya, seandainya pemerintah Myanmar tidak bisa menghambat dan menghentikan aksi kekerasan dan kebrutalan ini, MUI akan menyarankan kepada lembaga internasional, termasuk lembaga Nobel dunia untuk mencabut, hadiah nobel yang telah diberikan kepada Aung San Suu Kyi.
"Karena Aung San Suu Kyi tidak berhasil mengemlementasikan semangat perdamaian seperti nobel yang diberikan kepadanya," tegas Sekjen MUI, Anwar Abbas
Organisasi Hak Asasi Manusia Dunia, HRW merilis laporan adanya aksi kekerasan, pembakaran dan pembunuhan terhadap komunitas Muslim Rohingya, di sekitar Maungdaw, Rakhine sejak Oktober hingga awal November ini.
Sejak satu dekade terakhir, Muslim Rohingya menerima kejahatan kemanusiaan dari kelompok etnis dan agama mayoritas, dan pemerintah Myanmar. Akibatnya sebagian besar dari Muslim Rohingya terusir dari wilayahnya dan melarikan diri menjadi pengungsi termasuk ke indonesia.
Karena itu dalam aksi kekejaman yang kembali terjadi pada awal November ini, MUI dan Kemenlu menyatakan sikap, mengimbau kepada PBB untk turun tangan dan menghentikan secepatnya tindakan brutal dan biadab yang dilakukan oleh militer dan rezim pemerintahan Myanmar.