REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi menilai, dakwal di dalam media sosial (medsos) tidak boleh hit and run, tapi harus mempertahankan keterikatan. Karena itu, dakwah di dalam media sosial harus direncanakan.
Guru Besar Ilmu Komunikasi UI, Ibnu Hamad, menjelaskan, dakwah harus dilakukan dengan baik termasuk di media sosial, jangan hit and run karena dakwah punya tujuan efek yang ingin dicapai. "Pernakah kita evaluasi tingkat keberhasilan dakwah kita? Karena selain rencana, ada pilihan media untuk menyampaikan dan evaluasi yang harus dilakukan," katanya dalam diskusi Pengaruh Media Sosial dalam Dakwah Islam di Kantor MUI, akhir pekan.
Dikatakan Ibnu, para dai harus berani mengevaluasi hasil dakwahnya. Jangan sampai, umat hanya mendapat efek kognitif saja. Karena itu, kata dia, dakwah harus direncanakan, terlebih bentuk dakwah sendiri ada beragam ada dakwah bi lisan, bil hal, termasuk dakwah bi sulthan (dakwah dengan kekuasaan dan kekuatan). "Dalam dakwah, ada medan dakwah yang pasti menghadapi tarik-menarik antarkutub," ujarnya.
Di sosial media, kata dia, yang diperhatikan adalah konten. Karena urusan media sudah selesai dengan menggenggam ponsel. Menurutnya, di media sosial, orang tak lagi hanya bertukar gambar dan data, tapi video. Bahkan, ada sosial media yang menungkinkan penggunanya saling bicara dengan bertatap muka.
Karena dalam sosial media ada unsur keterikatan, maka berdakwah di media sosialpun harus ada administrator untuk mempertahankan keterikatan dengan objek dakwah. "Kalau tidak, para follower kecewa dan mereka akan meninggalkan," kata Ibnu.
Hal itu, menurutnya, penting untuk memenangkan pertarungan dakwah dari yang buruk. Harus ada desain dan konten yang bagus serta cara menghadapi para perentas agar umat tidak tersesat. "Kita harap informasi ulama jadi rujukan utama informasi yang benar," tandas Ibnu.