REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Legenda Liverpool, Vladimir Smicer mengatakan, Indonesia bisa meniru persepakbolaan Jerman dalam hal pengembangan pemain-pemain muda berkualitas tinggi. “Jerman itu rela mengeluarkan modal besar untuk membangun akademi pemain muda," ujar Smicer dalam temu penggemar di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (27/11).
Smicer melanjutkan, untuk menghasilkan pemain dengan kemampuan istimewa, diperlukan kerja sama semua pihak. Perlu dibangun sebuah sistem yang memang mumpuni untuk itu. Namun, pemain yang sudah berlaga 121 kali untuk Liverpool sepanjang 1999-2005 dan mencetak 10 gol itu, mengingatkan pula agar Indonesia menemukan ciri khas permainannya sendiri.
Jerman sendiri memang memiliki kebijakan yang sangat baik terkait pemain muda, dimulai pada 2000 di mana ketika itu Jerman terpuruk di Piala Eropa. Tidak mau lagi jadi bulan-bulanan di Benua Biru, Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) harus kemudian membuat sebuah keputusan penting, yaitu semua klub profesional harus memiliki akademi pemain muda nomor wahid.
Karena tidak semua tim memiliki kemampuan keuangan yang sama, DFB memberikan insentif program pengembangan pemain muda sebesar 13 juta dolar AS per tahun. Beberapa perintah DFB adalah mewajibkan semua akademi pemain muda memiliki staf pelatih yang bekerja secara penuh, lapangan latihan yang baik, departemen kesehatan terintegrasi dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk pendidikan pesepak bola.
Dilansir dari New York Times, sampai kini, DFB sudah memiliki 365 pusat pengembangan pemain muda, dengan 1.000 orang pelatih dan 25.000 pesepak bola cilik putra dan putri. Hasilnya, Jerman kini menjadi salah satu negara yang paling disegani di dunia sepak bola. Dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta orang, sepertiga dari Indonesia, Negeri Bavaria bisa membentuk kesebelasan yang menjuarai Piala Dunia 2014.