Senin 05 Dec 2016 22:24 WIB

Wayang dan Pesantren dalam Dakwah Islam Tanah Air

Wayang kerap dijadikan media dalam dakwah para ulama.
Wayang kerap dijadikan media dalam dakwah para ulama.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Penyebaran Islam di Tanah Air, khususnya di Jawa, antara lain dilakukan melalui pagelaran wayang. Para ulama terdahulu dalam berdakwah, kerap menggunakan wayang, agar mudah diterima masyarakatnya. Salah satunya, seperti yang dilakukan oleh wali sanga Sunan Kalijaga.

Untuk itulah, Asosiasi Wayang ASEAN (AWA) atau "ASEAN Puppetry Association" (APA) menggelar pentas kolaborasi wayang di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sekretaris Jenderal AWA/APA Suparmin Sunjoyo mengemukakan, pentas kolaborasi ini sengaja digelar dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-10 dari asosiasi.

"Kami juga menggelar sidang tahunan ketujuh dan festival wayang ASEAN. Kami tampilkan wayang ASEAN secara individual (masing-masing negara) maupun pentas kolaborasi, yang salah satunya ditampilkan di sini (Ponpes Tebuireng, red)," ujarnya, Senin (5/12).

Suparmin mengatakan, sebelum tampil di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, pentas serupa juga digelar di Mojokerto. Hal ini sesuai dengan agenda tahunan, yang digelar di Mojokerto. "Rangkaian kegiatan sidang tahunan APA dan festival wayang dipusatkan di Mojokerto sejak 30 November lalu," katanya.

Pihaknya menambahkan, pentas kolaborasi di lingkungan pesantren ini juga untuk mengingatkan bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kesenian wayang. "Kita semua tahu bahwa penyebaran Islam, khususnya di Jawa, antara lain dilakukan melalui wayang. Karena itu, kami mengharapkan juga lulusan Pesantren Tebuireng nantinya ada yang turut mengembangkan wayang ASEAN," kata Suparmin.

Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng Abdul Ghofar menyambut baik pentas kolaborasi ini. Kegiatan ini, kata dia, membawa dampak positif, mengingatkan tentang dakwah para ulama terdahulu.

"Harapan kita, pondok pesantren dan masyarakat Islam bisa meniru apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam berdakwah untuk menyiarkan Islam dengan halus, toleran dan tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat," katanya.

Pria yang akrab disapa dengan nama Gus Ghofar ini menambahkan, dalam menyiarkan Islam, Sunan Kalijaga juga menciptakan karakter Punakawan dan karakter itu hanya ada dalam pewayangan Indonesia. "Tidak tertutup kemungkinan, di tempat lain juga ada kearifan lokal yang bisa diangkat dalam karakter pewayangan untuk menyiarkan Islam," ungkapnya.

Pentas kolaborasi itu mengambil lakon Ramayana dan berlangsung selama hampir satu jam. Kegiatan itu diikuti oleh grup wayang dari sembilan negara ASEAN.

Para artis dari sembilan negara yang ikut tampil yaitu, Anucha Sumaman (Thailand), Pangna Phranakhone (Laos), Mann Kosal, dan Sang Thorn Chek (Kamboja), Kamarudin HJ Othman (Brunei Darussalam), Donarose Marzan, dan Kiarra Poblacion (Philippines).

Selain itu, juga terdapat Tin Tin Oo, Thet Thet Htwe Oo, dan Myint Mo (Myanmar), Suzlaifan Sulaimin (Singapore), Bui Duy Hieu, Nguyen Hong Phong, dan Nguyen Ngoc Triu (Vietnam), dan Wahyu Dunung Raharjo, Bimo Sinung Widagdo, dan Santi Dwisaputri (Indonesia).

Usai pementasan, seluruh delegasi AWA/APA juga diajak untuk melakukan ziarah ke makam Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang makamnya di lingkungan pondok tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement