REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Majalah Time menobatkan presiden terpilih Donald Trump sebagai person of the year atau tokoh tahun ini pada Rabu (7/12). Kemenangan pengusaha asal New York dalam pemilihan presiden 2016 ini menimbulkan pergolakan tajam politik Amerika.
"Sulit untuk mengukur skala kekacauan," tulis Time dalam rilis yang disampaikan pada media, dilansir dari Reuters, Kamis (8/12).
Karir Trump dikenal sebagai raja real estate dan bintang televisi sebelum memenangkan pemilihan presiden 8 November. Presiden terpilih asal partai Republik yang akan dilantik pada 20 Januari ini menghadirkan kampanye kontroversial dan tak biasa saat melawan kandidat Demokrat Hillary Clinton.
Time mencatat perbedaan pandangan tajam di tengah masyarakat menyikapi kemenangannya. Sebagian meyakini kemenangan Trump merupakan teguran yang sudah lama ditunggu-tunggu atas pemerintahan yang arogan.
Namun sebagian lagi melihat kemenangan Trump menimbulkan kerusakan meluas ke dalam norma-norma sosial masyarakat. Politik diracuni rasisme, seksisme, dan nativisme. "Ini adalah kehormatan besar. Ini berarti banyak," kata Trump menanggapi penobatan dirinya dalam program NBC Today.
Trump menolak karakterisasi majalah Time yang menyebut negara terpecah lantaran kemenangannya. Sampul majalah itu membubuhkan kalimat, president of the divided states of America. "Saya tidak memecah mereka, mereka terpecah sekarang. Kita akan mengembalikan kembali bersama-sama," kata Trump.
Time menentukan pilihan ini berdasarkan dampak seseorang terhadap peristiwa dunia, baik lebih buruk maupun lebih baik. Tahun lalu, Time memilih Kanselir Jerman Angela Merkel. Dari tokoh sekaliber Mahatma Gandhi sampai Adolf Hitler pernah mengisi sampul person of the year majalah ini.