REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden Joko Widodo secara resmi membuka Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Kamis (8/12). Jokowi dalam sambutannya menekankan agama, demokrasi, dan pluralisme bisa berjalan beriringan.
"Ini sangat relevan dengan situasi di berbagai kawasan dunia saat ini. Kita meyakini bahwa agama merupakan karunia bagi semesta alam, rahmatan lil alamin. Demokrasi membawa kehendak rakyat untuk kebaikan seluruh umat, sedangkan toleransi diperlukan karena kita seluruhnya berbeda," kata Jokowi di Nusa Dua, Kamis (8/12).
Setiap menghadiri pertemuan internasional beberapa tahun terakhir, Jokowi menangkap adanya kegamangan dan kekhawatiran dari negara-negara di dunia. Pandangan ini, tak lepas dari situasi dunia, saat ini, di mana banyak negara menghadapi konflik lama dan baru. "Ini termasuk perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina yang masih belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan," katanya.
Kegamangan lainnya adalah berkembang pesatnya radikalisme, ekstremisme di berbagai pelosok dunia. Menurunnya, rasa toleransi dan kemauan menerima perbedaan, serta xenofobia, yaitu ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing.
Kekhawatiran tersebut, kata Jokowi, juga dibarengi kondisi ekonomi dunia yang tak pasti, tantangan dalam negeri, politik, sosial, dan ekonomi hampir di seluruh negara. Karenanya, Presiden mengajak, seluruh peserta BDF untuk menumbuhkan optimisme yang dapat dihasilkan dari diskusi dan saling berbicara satu sama lain. Optimisme itu juga berkembang dari bertukar pikiran dan pengalaman.