REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azraitu menilai, pesantren berperan sangat signifikan. Sebab, pesantren bukan hanya dalam lembaga yang konsen pada bidang pendidikan, melainkan juga membangun serta memperkuat Islam wasatiyyah.
“Saya kira pesantren harus merevitalisasi, memperkuat penyebaran Islam wasathiyah itu. Tidak hanya di Asia Tenggara, melainkan juga di seluruh dunia. Islam wasathiyah itu sangat dibutuhkan karena maraknya terorisme, radikalisme di Timur Tengah, di Asia Selatan, Afrika, dan lain sebagainya,” kata Azyumardi Azra saat ditemui di sela-sela acara Halaqah Ulama se-ASEAN, di Hotel Salak, Bogor, Rabu (14/12).
Sedangkan menurut Prof Abdul Munir Mulkhan, pesantren sebagai lembaga penyebar manfaat bagi lingkungan lokal. Kata dia, konsep rahmatan lil ‘alamin diwujudkan melalui pesantren dan para kiai serta santri yang aktif di masyarakat. Literasi keislaman juga dinilai kian meningkat dengan hadirnya pesantren.
“Pesantren itu penyemai kesalehan sosial. Di mana ada pesantren, maka lingkungannya akan terpengaruh. Jadi kesalehan itu akan menyebar ke lingkungan itu. Di mana pesantren berdiri, maka lingkungan sekitarnya akan semakin saleh,” ucap Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu, Rabu (14/12).
Sayangnya, persoalan bukan hanya tentang ketimpangan Jawa-luar Jawa dalam hal persebaran pesantren. Abdul Munir melihat, peran perguruan tinggi juga masih kurang dalam hal konseptualisasi pesantren. Sehingga, belum ada acuan yang objektif bagaimana merintis dan menyelenggarakan pesantren yang ideal.
“Saya di fakultas tarbiyah, keguruan, dari dulu mengusulkan agar fakultas ini justru ada jurusannya sekolah, madrasah, pesantren.
Sehingga, kalau ada orang yang mau membuat pesantren, ini lho (ada konsep) yang bisa di-copy paste. Walau tentu, masing-masing
(daerah) punya ciri khas. Tetapi harus ada ahli pesantren (yang bisa menjelaskan konsep) itu secara teoretik akademik,” papar dia.