REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menuduh militan Kurdi menjadi otak dari serangan bom mobil yang menewaskan 13 tentara di dalam sebuah bus dan melukai 56 orang di Kota Kayseri, Turki Tengah pada Sabtu (17/12).
"Organisasi teror separatis yang ingin memecah belah tersebut bertanggung-jawab atas serangan ini," kata Erdogan dikutip dari AP, Ahad (18/12).
Menurut Erdogan, aksi separatis ini dilakukan oleh para anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang menginginkan otonomi buat suku minoritas Kurdi. PKK dipandang sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Turki.
"Kita tahu bahwa dari serangan ini, kita sedang mengalami ketidakamanan di negara kami sendiri, terutama dari Irak dan Suriah." ujar Erdogan.
Berbicara di Kayseri, Menteri Kesehatan Recep Akdag kepada wartawan mengatakan 56 orang telah terluka dalam serangan itu, termasuk empat yang berada dalam kondisi kritis.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan sudah mengetahui identitas penyerang Kayseri, tujuh orang telah ditahan. Saat ini, polisi sedang mencari lima orang lainnya.
Serangan teror ini hanya berselang seminggu setelah serangan bom ganda terjadi di depan stadion sepak bola Istanbul yang merenggut 44 nyawa serta melukai 155 orang. Turki menghadapi sejumlah ancaman keamanan seperti serangan teror dan perluasan perang memberangus ISIS di utara Suriah. Turki termasuk sekutu koalisi Amerika Serikat dalam meluncurkan perang melawan ISIS.
Sejumlah serangan teror mematikan menghantui warga Turki selama setahun ini. Beberapa aksi teror yang terjadi diklaim oleh militan PKK, termasuk insiden bom ganda pekan lalu. Militan Kurdi kerap menargetkan pasukan keamanan Turki seperti polisi dan tentara dalam aksi teror mereka.