REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tiupan angin kencang. Ribuan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu pun tak bisa melaut karena tiupan angin kencang itu membuat gelombang tinggi di laut.
Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn menjelaskan, angin kencang saat ini disebabkan banyaknya daerah tekanan rendah di perairan selatan pulau Jawa. Kondisi itu memberikan gaya tarikan berupa angin kencang. "Anginnya dari arah barat dengan kecepatan maksimum bisa mencapai 35 km per jam," ujar pria yang akrab disapa Faiz itu, Senin (19/12).
Faiz menjelaskan, saat musim hujan seperti sekarang, angin kencang yang biasa dikenal dengan istilah baratan itu wajar terjadi. Namun, beberapa hari terakhir ini memang berbeda karena Angin Muson Barat tidak terhalang di wilayah tengah/equator Indonesia.
"Jadi angin langsung melaju kencang menuju ke wilayah daerah yang bertekanan lebih rendah yaitu pulau Jawa dan sekitarnya," terang Faiz.
Faiz mengatakan, angin kencang tersebut bisa menyebabkan gelombang tinggi di laut. Dia memprediksi, ketinggian gelombang di laut bisa mencapai dua meter.
Tak hanya gelombang tinggi di laut, lanjut Faiz, angin kencang tersebut juga mempengaruhi pertumbuhan awan hujan. Menurutnya, awan yang seharusnya sudah jenuh dan menghasilkan hujan, akan terhenti pertumbuhannya sebelum jenuh ketika anginnya kencang. "Jadi cuacanya hanya berawan saja (tidak hujan)," tutur Faiz.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di wilayah perkotaan Indramayu, angin kencang terjadi sejak empat hari terakhir. Angin kencang biasanya terjadi mulai sekitar pukul 09.00 WIB hingga malam hari. Sedangkan cuaca akan terik dan menyengat. Mendung yang biasanya mulai datang sekitar pukul 15.00 WIB, akan tertiup angin hingga tidak sampai menimbulkan hujan.
Faiz menambahkan, angin kencang yang telah terjadi sejak beberapa hari lalu itu diperkirakan hanya akan berlangsung hingga sehari ke depan. Namun, masyarakat harus tetap waspada karena bulan ini hingga Januari mendatang merupakan puncak musim hujan.
Sementara itu, tiupan angin kencang tersebut membuat ribuan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu tak bisa melaut. Mereka takut gelombang tinggi akibat angin kencang itu akan membuat perahu mereka terbalik. Hal itu seperti yang terlihat di Glayem, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Sejak beberapa hari terakhir, nelayan di daerah tersebut memilih menambatkan perahunya di muara. "Kalau melaut, bisa bahaya. Anginnya kencang seperti ini," kata seorang nelayan setempat, Warji.
Warji mengatakan, kapal miliknya hanya berukuran 5 GT. Kapal tersebut akan mudah terbalik jika dihantam gelombang tinggi. Sekretaris KUD Sri Mina Sari Glayem, Dedi Aryanto mengatakan, akibat nelayan tak melaut, pasokan ikan menjadi kosong. Aktivitas lelang ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Glayem pun menjadi terhenti. "Biasanya lelang di TPI ini bisa senilai Rp 10 juta sampai Rp 100 juta per hari," kata Dedi. Lilis