Selasa 20 Dec 2016 08:24 WIB

Dompet Dhuafa Bantu Kembangkan Kopi Indonesia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah.

Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti kopi luwak (dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan kopi Mandailing. Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Direktur Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Jodi Iswanto mengatakan kopi merupakan komoditas unggulan Indonesia di tingkat dunia. Selain sebagai salah satu produsen terbesar dunia kopi, Indonesia memiliki keunggulan khusus dalam hal cita rasa dan kualitas yang tak tertandingi, serta memiliki varietas yang beragam. Sayangnya, kata dia, petani kopi sebagai produsen ternyata tidak dapat menikmati secara langsung mahalnya kopi karena kesenjangan harga kopi di tingkat petani dengan harga beli akhir konsumen sangat tinggi.

"Petani kopi terutama yang pola perkebunan kopi rakyat, masih belum hidup secara sejahtera," ujar Jodi, semalam.

Atas kondisi tersebut, Dompet Dhuafa merasa relevan untuk dapat berperan dalam isu pengembangan kopi rakyat di Indonesia. Untuk program pengembangan kopi arabika di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah, dilakukan pada akhir 2014 sesaat pascabencana alam gempa bumi yang menimpa Aceh Tengah di tahun 2013. Jadi awalnya, program ini bagian dari pemulihan ekonomi pascabencana alam. Selain di Aceh, Dompet Dhuafa juga mengembangkan kopi Jawa robusta di wilayah Temanggung Jawa Tengah.

Dia menyebut saat ini mulai bermunculan kedai-kedai kopi berkonsep lokal dengan tema mengangkat citra rasa luhur. Kedai-kedai kopi ini menawarkan kenikmatan kopi-kopi daerah dari seluruh Indonesia hal ini justru menjadi aroma sedap bagi pasar ekonomi perkopian di Indonesia. Baik kalangan tua hingga muda, serta semua gender dapat menikmati kopi Nusantara. Menurut dia, hal tersebut tidak terlepas dari peranan masyarakat hingga lembaga Dompet Dhuafa dalam menginisiasi program pengembangan kopi hingga pemberdayaan petani kopi.

“Dompet Dhuafa mempunyai peranan andil dalam pembinaan pengetahuan para petani untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produk, pembiayaan untuk pembelian produk kopi petani yang dikelola oleh koperasi petani," ujarnya. Alhasil hal itu mengurangi ketergantungan pada tengkulak dan juga peningkatan akses pasar petani kopi yang akhirnya berpengaruh ke tingkat pendapatan petani kopi yang dibina oleh Dompet Dhuafa.

Kini Dompet Dhuafa sudah menyiapkan klaster pengembangan di beberapa titik produsen kopi unggul seperti di Kahaya, Bulukumba dan lainnya. Dengan adanya pengembangan kopi yang lebih modern, pemberdayaan petani kopi yang sejahtera, dan merambahnya kedai kopi dari tradisional hingga modern, maka tak heran jika Indonesia mempunyai aset bagus menaikkan citra kopi dalam kancah internasional hingga menjadi penyuplai kopi terbesar di dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement