Selasa 20 Dec 2016 12:54 WIB

Kebijakan Bebas Visa Memicu Maraknya Tenaga Kerja Asing Ilegal

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Teguh Firmansyah
Saleh Partaonan Daulay
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Saleh Partaonan Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan bebas visa yang diterapkan Pemerintah Indonesia diduga memicu banyaknya tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja secara ilegal, khususnya TKA asal Cina.

"Artinya, keberadaan TKA ilegal asal Tiongkok itu adalah fakta yang perlu diwaspadai dan ditangani oleh pemerintah," ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay kepada Republika.co.id, Selasa (20/12).

Indonesia, kata ia, adalah negara besar dengan wilayahnya yang luas. Adapun jumlah perusahaan di Indonesia bisa lebih dari 200 ribu. Karena itu sulit untuk mengawasi pekerja asing ilegal. 

"Perkiraan kami, ada 200 ribu lebih perusahaan di Indonesia, tentu sulit untuk mengawasi TKA yang dipekerjakan di banyak perusahaan itu," kata politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Menurut dia, dengan diberlakukannya bebas visa masuk untuk lebih dari 160 negara, kesulitan tersebut akan semakin terasa. Lalu lintas keluar masuk orang dari berbagai negara sulit diawasi. Apalagi, kata dia, koordinasi antara pihak imigrasi dan berbagai instansi lainnya diduga masih lemah.

Menurut Saleh, kebijakan bebas visa perlu dievaluasi. Kebijakan tersebut dinilainya jangan dulu diterapkan sampai pemerintah betul-betul siap melakukan pengawasan. Sistem pengawasan terpadu perlu disiapkan sebelum kebijakan bebas visa itu diberlakukan.

"Kami juga banyak mendapatkan pengaduan dari masyarakat. Kegelisahan masyarakat terkait fenomena ini semakin terasa. Pemerintah diharapkan dapat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan," ujar Saleh.

Baca juga, JK tak Bantah Bebas Visa Disalahgunakan WNA.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement