REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penyelidik pencari pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370 menyarankan memperluas wilayah pencarian dengan tambahan seluas 25 ribu kilometer persegi, menurut Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) pada Rabu (21/12).
Jangka waktu pencarian saat ini di wilayah seluas 120 ribu kilometer persegi di Samudra Hindia akan habis pada Januari tanpa adanya tanda-tanda akan pesawat yang hilang. Penerbangan MH370 hilang pada Maret 2014 bersama 239 penumpang dan awak kabin, sebagian besar warga Cina, sedang terbang menuju Beijing dari ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur. Keberadaannya kini menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar di dunia.
Rekomendasi untuk memperluas wilayah pencarian adalah hasil pertemuan antara para penyelidik kecelakaan, ahli penerbangan, dan perwakilan pemerintah diraja Malaysia, Cina, dan Australia pada November lalu. "Ada keyakinan yang besar bahwa pada area bawah laut yang telah diidentifikasi sebelumnya sebagai area pencarian hingga saat ini tidak didapati pesawat yang hilang," ATSB melaporkan.
"Setelah wilayah ini tereliminasi, para ahli mengidentifikasi wilayah seluas kurang lebih 25.000 kilometer persegi sebagai area dengan kemungkinan tertinggi berisi bangkai pesawat."
Laporan menyebutkan bukti baru yang dihasilkan dari model arus laut membantu menentukan area baru ini, setelah serpihan pesawat ditemukan sejauh pantai timur Afrika. Wilayah yang baru ini berada di sebelah utara zona pencarian saat ini yang telah menjadi fokus pencarian seharga 200 juta dolar Amerika, juga menandai perluasan pencarian untuk kedua kalinya.
Charitha Pattiaratchi, Profesor Oseanografi Pesisir di University of Western Australia mengatakan pesawat bisa jadi berada lebih jauh ke utara dari wilayah pencarian baru. "Saya pikir ini adalah area pencarian yang dapat dipercaya. Bisa jadi lebih ke utara dari itu, dari model arus kami," ujar Pattiaratchi, yang telah menjalankan model arusnya sendiri.
Sebelumnya, para pakar dari Boeing, CSIRO, Badan Keselamatan Transportasi Amerika NTSB, Biro Penyelidik Kecelakaan Udara Inggris AAIB, Defence Science and Technology Group, Inmarsat dan pemerintah Malaysia menyatakan zona pencarian selama ini salah.
Mereka semua sepakat semua bukti menunjukkan penerbangan Malaysia Airlines jauh terbang ke arah utara samudera dari zona pencarian pesawat selama ini, setelah pesawat kehabisan bahan bakar. "Ketika digabungkan dengan pemodelan jalur terbang terkini, para pakar menyimpulkan bahwa sebuah area bukan daerah pencarian antara lintang 33 derajat dan 36 derajat sepanjang lengkung seluas 25 ribu km persegi, memiliki probabilitas paling tinggi mengandung puing pesawat," kata mereka.