REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, ia mendukung pengampunan bagi tentara Israel Elor Azaria. Pengadilan militer memutuskan Azaria terbukti melakukan pembunuhan warga Palestina.
Azaria menembak pemuda Palestina Abdel Fattah al Sharif di kepalanya. Padahal Sharif sudah menyerah dengan merebahkan diri ke tanah. Ia juga dalam keadaan terluka.
Sharif ditembak mati Azaria karena dituduh menusuk tentara Israel. Temannya juga sudah ditembak mati sebelum Sharif.
"Ini merupakan hari yang sulit dan menyakitkan, terutama bagi Azaria, keluarganya, banyak orang, orang tua para tentara dan saya," kata Netanyahu seperti dilansir CNN, Kamis, (5/1).
Azaria terancam hukuman penjara selama 20 tahun. Kepala Militer Israel mengatakan, Azaria telah melanggar aturan militer yang seharusnya ia patuhi.
Menteri Pendidikan dan pemimpin Jewish Home Party, Naftali Bennett meminta Azaria dimaafkan. Menteri Olahraga dan Kebudayaan Miri Regev mengatakan akan mengusahakan pengampunan bagi tentara itu.
Mantan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni, seorang politikus tengah-kiri, mengatakan vonis pengadilan harus diterima. "Ini satu-satunya cara untuk menghentikan luka berdarah di dalam masyarakat Israel selain itu juga menyatukan antara militer dan Israel sebagai negara hukum," katanya.
Kepala Hakim Kolonel Maya Heller mengatakan, Azaria merupakan saksi yang tak bisa dipercaya. Selain itu kesaksiannya dengan menyatakan membela diri juga bermasalah.
"Seharusnya ia tak perlu menembak pria itu karena sudah menyerah," kata Heller.
Pembuat video penembakan Sharif oleh Azaria, aktivis Palestina Imad Abu Shamsiyeh mengatakan, ia mendapatkan ancaman pembunuhan karena Azaria dihukum. "Saya mendapat ancaman pembunuhan berkali-kali sejak video itu dirilis," katanya.
Ancaman itu masuk melalui telepon dan Facebook. Ia sangat khawatir dengan keselamatannya dan keluarganya.