Jumat 06 Jan 2017 05:00 WIB

Utusan PBB akan Hadiri Perundingan Damai Suriah

Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.
Foto: Martial Trezzini/Keystone via AP
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Suriah, Staffan de Mistura mengatakan pada Kamis (5/1), persiapan sedang dilakukan untuk menghadiri perundingan perdamaian yang diperantarai Rusia dan Turki di Astana, ibu kota negara Kazakhstan, bulan ini.

De Mistura menyatakan harapan prakarsa itu bisa membuka jalan bagi keberhasilan perundingan berikutnya soal Suriah, yang akan diselenggarakan PBB bulan depan. "Kami, PBB meyakini apa pun yang memperkuat upaya penghentian permusuhan serta membantu persiapan perundingan yang akan berlangsung di sini, di Jenewa, pada Februari, perlu disambut baik," ujarnya kepada para wartawan.

"Kami berencana menghadiri (pertemuan di Astana, red) dan akan memberikan sumbangan agar pertemuan tersebut sukses dan membuahkan hasil yang dapat kita gunakan nanti pada pertemuan di Jenewa," tambahnya.

De Mistura mengatakan bulan lalu ia berencana melanjutkan perundingan soal Suriah pada 8 November untuk berupaya dan mengantarai penyelesaian politik konflik di Suriah. Konflik di negara tersebut telah berlangsung selama lima tahun dan menewaskan sekitar 400 ribu orang.

Perundingan akan melibatkan delegasi pemerintah maupun pasukan oposisi Suriah, yang ingin menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan telah dilangsungkan sejak April bulan lalu di tengah kekerasan yang berlarut-larut serta krisis kemanusiaan yang meluas.

Menurut Jan Egeland, penasihat senior bagi Utusan Khusus PBB untuk Suriah, baik Moskow maupun Ankara telah menyatakan keinginan mereka untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan di Suriah. Kesepakatan terbaru menyangkut penghentian permusuhan, yang mulai diterapkan pada 30 Desember 2016, serta rencana penyelenggaraan perundingan perdamaian mendapat dukungan penuh dari Dewan Keamanan PBB pada 31 Desember 2016.

Gencatan senjata itu merupakan yang ketiga kalinya dicapai di Suriah setelah dua kesepakatan sebelumnya mengalami kegagalan tahun lalu. Kesepakatan pertama dicapai pada Februari 2016 dan bergulir selama tiga bulan sebelum akhirnya buyar.

Gencatan kedua disetujui pada September tahun lalu, hanya bisa bertahan selama satu pekan. Sejumlah kelompok pemberontak pada Senin mengumumkan mereka sedang membekukan pembicaraan soal rencana perundingan dengan pemerintah Suriah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement