Jumat 06 Jan 2017 16:08 WIB

BI Kota Tasik Pastikan Uang Pecahan Baru Sangat Sulit Dipalsukan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Warga memperlihatkan lembaran uang baru
Foto: Mahmud Muhyidin
Warga memperlihatkan lembaran uang baru

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Cabang Tasikmalaya, Wahyu Purnama memastikan uang pecahan baru akan sangat sulit dipalsukan oleh pihak manapun. Pasalnya terdapat berbagai macam pengamanan agar mudah membedakan uang palsu dan uang asli.

Ia menyebut setidaknya ada 12 unsur pengamanan pada uang pecahan baru agar segala bentuk pemalsuan dapat diminimalisir. Salah satu pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah Rp 100 ribu. Alasannya tentu dengan nominal tinggi dapat menutup biaya pemalsuan uang sekaligus memperoleh untung besar.

Guna menjaga keaslian pecahan ini, ia menjelaskan ada salah satu teknik pembuatan uang yaitu dengan color shifting atau perubahan warna yang terjadi jika dilihat dari sudut pandang berbeda. "Khusus uang pecahan Rp 100 ribu ada color shifting, cuma ada di pecahan ini karena biayanya tinggi dan pecahan ini juga yang paling sering dipalsukan," katanya pada wartawan di kantornya, Jumat (6/1).

Adapun bagi uang kertas pecahan lain ada teknik pengamanan berupa rainbow feature. Lewat teknik ini, akan muncul gambar tersembunyi berupa angka nominal dari pecahan uang dengan variasi warna berbeda. Guna memunculkan tanda ini, pemegang uang perlu memiringkan pecahan uang agar dapat terlihat.

Selain itu, ada pula tanda yang hanya muncul pada uang pecahan baru jika menggunakan cahaya ultraviolet. Menurut Wahyu, unsur pengaman yang paling unik adalah simbol rectoverso dari logo BI. "Simbol rectoverso ini maksudnya jika diterawang akan berbentuk gambar saling isi berupa logo BI, ini unik karena saya kira cuma BI yang keluarkan jenis ini," ujarnya.

Di sisi lain, ia menyadari simbol rectoverso inilah yang disinyalir sebagai lambang palu arit pada uang pecahan baru. Ia pun mengimbau masyarakat jangan panik dan terbawa isu di media sosial. Ia berharap masyarakat melihat dengan kepala mata sendiri bentuk uang agar tak termakan isu liar.

"Nah lambang rectoverso ini yang banyak orang kira lambang palu arit, ada yang enggak ngerti malah kemakan isu di media sosial," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement