REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menegaskan, negara harus benar-benar memberikan kemerdekaan pada mahasiswa di seluruh Indonesia. Komentar tersebut merujuk pada adanya seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara yang diduga tewas akibat dianiaya seniornya.
"Negara bukan dalam jaman penjajahan. Negara harus merdeka betul untuk mahasiswa," katanya kepada wartawan, Rabu (11/1).
STIE Jakarta merupakan salah satu perguruan tinggi kedinasan yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Ia mengatakan, perguruan tinggi kedinasan yang berada di bawah suatu kementerian/lembaga, maka kontrolnya berada di bawah kementerian/lembaga itu.
Sementara Kemristekdikti, ia menuturkan, hanya mengatur permasalahan seperti kurikulum, akreditasi hingga pembinaan akademik. Sehingga, Nasir mengatakan, sumber daya manusia dan mahasiswa berada di bawah masing-masing kementerian/lembaga yang menaungi.
"Kalau memang terjadi kekerasan, maka yang bertanggung jawab adalah ketua atau direkturnya, atau menteri yang bersangkutan," ujar dia.
Nasir menyayangkan adanya kasus kekerasan yang dilakukan senior terhadap junior. Ia mengaku, selama ini perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kemristekdikti melarang keras praktik-praktik kekerasan senior terhadap junior.
Menurutnya, seharusnya mahasiswa didorong hal-hal yang berkaitan dengan Bela Negara. Sehingga, rasa kebersamaan sebagai sesama bangsa Indonesia dapat diciptakan. Mahasiswa tidak boleh dilatih dengan hal-hal yang bersifat diskriminatif antara senior dan junior.
"Ini kalau menurut saya, jaman penjajahan dulu. Ibaratnya jaman saya masih mahasiswa. (Yang bertanggung jawab) kampus dan menterinya," jelasnya.