Ahad 15 Jan 2017 09:35 WIB

Bachtiar Nasir: Izzah Umat Islam Kini tak Bisa Dibendung

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
 Ribuan umat Islam mengikuti kegiatan salat Subuh berjamaah dan Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) yang diselenggarakan oleh GNPF MUI di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Ahad (15/1).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ribuan umat Islam mengikuti kegiatan salat Subuh berjamaah dan Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) yang diselenggarakan oleh GNPF MUI di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Ahad (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Koordinator Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, Ustaz Bachtiar Nasir menyampaikan pesan modal utama umat Islam setelah dua aksi besar 411 dan 212. Menurutnya, ada tiga modal besar setelah dua gerakan besar oleh GNPF.

"Pertama Allah telah turunkan izzah Islam kepada Muslim di Indonesia setelah kasus Almaidah 51. Tapi izzah Islam yang diturunkan oleh Allah kepada ummat Islam dipahami secara gagal oleh kaum munafik dan sebagian besar Non muslim," ujarnya saat menyampaikan pesan Tabligh Akbar Politik Islam, Ahad (15/1) di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta Selatan.

Kalau aparat mau sadar apa yg diperjuangkan umat Islam, menurut dia, maka akan paham ummat Islam di Indonesia tidak seperti dituduhkan. Seolah olah akan makar, teroris hingga seperti seorang politisi senior menuduh Islam sebagai ideologi tertutup bahkan ummat Islam sebagai peramal masa depan.

Bachtiar berpesan kepada Presiden, ummat Islam di Indonesia sudah ingin bersatu sudah sangat kuat. Tapi kenyataannya ada kekuatan yang ingin merontokkan satu persatu para ulama dengan ghirah ummat Islam yang sedang muncul ini.

"Ingat kepada mereka yang ingin melemahkan ummat, kekuatan ini tidak bisa dibendung. Izzah Islam mereka mencintai Allah dan mencintai serta santun kepada sesama ummat Islam, tapi  tegas dengan non-Muslim dan siap berjihad di jalan Allah," ujarnya.

Ini sebagaimama yang disampaikan Allah di dalam Alquran. Maka, kata dia, kalau ummat Islam ingin mengembalikan supremasi kekuatan Islam di Indonesia, "saya ingin pesankan pertama ini bukan soal khilafah dan soal imarah. Ini perlu saya tegaskan karena ada yang disalahpahami oleh aktivis Islam," katanya.

Sebab, menurutnya ghirah Islam ini kalau tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi gagal paham. Revolusi ummat Islam ini bukan kekerasan merusak fasilitas dan menggulingkan pemerintah. Tapi ummat Islam ingin meraih kembali harga diri dan kehormatannya melalui pemilihan yang sah, dan ingin keadilan bagi mereka yang merendahkan agama Islam.

Ia mengingatkan, selama ini, kondisinya gerakan liberal dan kapitalis sudah mengambil dan menjajah separuh indonesia. Sekarang masuk lagi komunis yang ingin mengambil setengahnya. Karena itu izzah Islam yang telah tumbuh saat ini harus dijaga untuk melawan kekuatan kekuatan itu.

Semangat ini harus dipelihara seperti semangat shalat Shubuh di masjid masjid yg kini jumlahnya hampir sama dengan shalat jumat. Ini sudah terlihat dan mereka akan menjadi pasukan Shubuh. "Jadi calon pemimpin islam dan yang memimpin negara ini kuncinya kalau mau barokah cukup dekat dengan rakyat," ujar Sekjen Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement