REPUBLIKA.CO.ID, Islam rahmatan lil’alamiin...kelaimat itu memang sangat benar. Islam adalah agama yang dirahmati oleh Allah Subhanahuwata’ala. Itu menurut pengakuan Lestari, gadis berusia 28 tahun, yang baru sepuluh tahun memeluk agama Islam. Ia sangat yakin bahwa jika semua orang di seluruh dunia mempelajari Islam, maka semuanya akan memeluk Islam.
Gadis keturunan Manado ini, terlahir dari orang tua yang berbeda agama. Ayahnya pemeluk agama Katholik yang taat juga seorang aktivis gereja. Sedangkan ibunya yang seorang Muslim, namun tidak pernah menjalankan ibadah. Lestari atau biasa dipanggil Ayih, sejak kecil menuntut ilmu di sekolah Katholik. Namun, pendidikan dirumahnya pun sangat religius meskipun kedua orang tua mereka berbeda agama, tapi ibunya mendidik anak-anaknya dengan keyakinan Katholik.
“Keluarga tidak pernah absen ke gereja. Bahkan, persnah saya sedang sakit pun diharuskan ke gereja oleh papa. Pokoknya, tidak ada alasan apapun untuk libur. Waktu itu, saya merasa sangat tidak kuat, tapi tetap dipaksakan," ujarnya kepada Republika.co.id.
Dirinya pun sampai berpikir kenapa tidak boleh absen sementara sedang sakit. Namun, tidak ada penjelasan apapun selain dosa kalau tidak ke gereja.
Singkat cerita, ketika Ayih lulus SMA dan melanjutkan kuliah di salah satu Universitas terkemuka di Jakarta, dia tinggal di kos bersama sahabatnya yang juga beragama Katholik. Sahabat yang juga satu kamar kos dengannya itu sering membeli buku-buku Islam. Sahabatnya mempelajari Islam karena sang pacar yang menginginkan sahabatnya itu untuk masuk Islam.
Sahabatnya sering bertanya pada Ayih tentang Islam. Tapi, Ayih sendiri tidak tahu karena ia tidak pernah dididik secara Islam oleh ibunya. Karena temannya sering bertanya kepadanya, akhirnya Ayih menjadi ingin tahu tentang Islam dan mulai mempelajarinya.
“Waktu pertama kali, hal yang saya pelajari tentang shalat. Yang saya pahami waktu itu, konsep shalat sama dengan ke geraja yang hukumnya wajib dan akan dosa jika tidak dilaksanakan. Tapi, bedanya dalam shalat itu fleksible," kata Ayih.
Dia mencontohkan, ketika seseorang sakit, maka dia bisa melaksanakan shalat dengan duduk, tidur atau kalau tidak menemukan air bisa berwudhu dengan tayamum. Juga, kalau kita berpergian jauh, bisa jamak atau qhasar shalat. "Di situ saya merasa Islam sangat fleksible dan saya bandingkan dengan pengalaman saya ketika dulu yang selalu diwajibkan ke gereja dalam kondisi apapun,” ungkapnya.
Selain itu, yang semakin membuatnya kagum pada Islam, adalah ketika dia mempelajari tentang babi yang haram tapi bisa jadi halal dalam kondisi darurat. Sejak itu, ia merasa Islam sangat simple dan fleksible. Apapun yang diharamkan dalam Islam itu, memang benar-benar banyak mudharatnya dan alasannya pun jelas.