REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan berbicara tentang potensi keuntungan yang bisa diambil Indonesia dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Namun, dia sama sekali tidak berbicara tentang sikap Trump terhadap umat Islam di AS.
Luhut pun diingatkan sikap Trump terhadap Islam. Imam Besar Masjid New York, Ustaz Shamsi Ali mengatakan, Trump memiliki sejarah anti-Islam dan antiminoritas secara umum. Jika setelah terpilihnya Trump dan tidak melakukan adjustment (penyesuaian), maka justru Trump bisa menjadi jarum di dalam daging saat membangun hubungan antara Amerika dan dunia Islam termasuk Indonesia.
Ia mengungkapkan, secara global ada tanda-tanda buruk bagi dunia Islam. Khususnya dalam konteks konflik Timur Tengah. "Jika Donald Trump benar-benar merapat ke kubu Rusia, maka yang akan terbabat habis adalah pergerakan Islam yang notabenenya adalah pergerakan antidiktator di Timur Tengah," kata Ustaz Shamsi kepada Republika, Kamis (19/1).
Ia menerangkan, di masa Obama, Amerika jelas, walau di satu sisi terlihat melakukan intervensi. Tapi, di satu sisi Obama juga melakukan balancing terhadap kekuatan dominasi Rusia dengan aliansinya (Bashar Al-Asad dan Iran). Kini, Trump justru akan bergabung dengan Rusia dan membumihanguskan setiap pergerakan anti establishment di Timur Tengah.
Ia menegaskan, Indonesia sebagai negara Muslim dan demokrasi terbesar memiliki tanggung jawab besar untuk mengantisipasinya. Menurutnya, politik luar negeri yang tidak memihak bukan berarti politik luar negeri diam atau don't care.
"Pemerintah harus menyuarakan suara konstituen sebagai umat Islam terbesar dunia. Jangan sampai ada pihak-pihak yang mengail ikan di air keruh," ujarnya.
Dikatakan dia, melihat sikap Trump yang anti Islam. Kemudian disanjung dan dinilai akan memberi manfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Hal tersebut bisa jadi pengkhianatan bagi masyarakat Indonesia secara luas.
Ia menegaskan, penandatanganan kerjasama komprehensif antara Indonesia dan Amerika harus dijaga dengan menjaga sentimen masyarakat luas. Kerja sama ekonomi tidak akan berhasil jika masyarakat luas tidak dihiraukan. Trump merupakan sosok yang tidak bisa diterka. Karenanya, ada baiknya semua pihak menahan diri untuk saling menghakimi.
"Yang pasti perlu antisipasi hal-hal yang boleh jadi akan merugikan hubungan kedua negara ke depan. Bagi kami dan saya sebagai Imam di AS, tugas utama adalah menjaga agar kepercayaan kedua bangsa tetap terjaga," jelasnya.
Ia menambahkan, Trump tidak mewakili mayoritas bangsa Amerika. Karenanya, pihaknya tetap optimis Islam akan tetap berkembang seperti biasa. Bahkan akan lebih maju lagi karena tantangan yang ada.