REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Investor yang juga miliarder George Soros, Kamis waktu setempat (19/1), menyatakan pasar global akan goyah karena ketidakmenentuan yang muncul dari kebijakan-kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Saat ini ketidakmenentuan sudah berada pada puncaknya," kata Soros kepada Bloomberg News dalam makan malam bersama media tahunannya pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. "Saya tak menganggap pasar akan baik-baik saja."
Harga saham di Amerika Serikat melonjak setelah Trump memenangi Pemilu 8 November silam. Trump akan mengucap sumpah jabatan Jumat waktu setempat atau Sabtu dini hari WIB nanti.
"Pasar melihat Trump tengah bongkar pasang aturan-aturan dan memangkas pajak, dan itu semua memang impian. Impian itu telah terwujud," kata Soros, dikutip Antara News.
Tetapi Trump telah menyerukan pajak perbatasan (impor) dan menarik diri dari kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans Pasifik yang digagas para pendahulunya yang merupakan di antara kebijakan politik lainnya dari dia yang tidak ada kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi AS.
"Mustahil memprediksi bagaimana yang sebenarnya Trump akan melangkah," kata dia seperti dikutip Reuters.
Soros yang mendirikan Soros Fund Management LLC dan kini memimpin perusahaan yang berbasis di New York itu, adalah penyumbang besar untuk kelompok penggalangan dana Super PAC yang mendukung calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, selain menyumbang kelompok-kelompok lain pendukung Demokrat.
Secara umum, Soros menganggap Trump, "Saya pribadi yakin dia akan jatuh. Bukan karena orang seperti saya menginginkan dia jatuh. Tetapi karena gagasan-gagasannya yang membuat dia sendiri secara inheren kontradiktif dan kontradiksi ini telah benar-benar terwujud dari para penasihatnya dan kabinetnya."
Demikian pula dengan Inggris Raya, Soros juga tidak yakin Perdana Menteri Theresa May akan terus bertahan mengingat ada perpecahan luas dalam pemerintahannya.Selasa lalu May menjabarkan rencana Inggris untuk menegosiasikan langkah keluar negara ini dari Uni Eropa. Soros mengatakan proses itu akan panjang dan "perceraian yang pedih" akan merugikan baik Inggris Raya maupun Uni Eropa.
Soros terkenal menarik untung besar pada 1992 ketika dia berspekulasi poundsterling Inggris akan jatuh jauh di bawah level normalnya saat itu dan harus menarik diri dari Mekanisme Tingkat Mata Uang Eropa.