REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, mempermalukan Myanmar tidak akan menyelesaikan krisis di Rakhine. Hal itu ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan Channel News Asia pada Jumat (20/1).
Retno mengatakan, masalah Rakhine perlu diselesaikan dengan pendekatan konstruktif. Ini akan lebih produktif daripada mengadopsi 'diplomasi megafon'. "Mempermalukan Myanmar tidak akan membantu situasi," kata dia.
Selama ini, Retno melakukan pendekatan untuk membantu Myanmar menyelesaikan masalah. Ia menekankan perlunya bekerja sama dengan Pemerintah Myanmar yang merupakan sumber solusi krisis.
Retno mengunjungi Myanmar sehari setelah pertemuan OKI di Kuala Lumpur. Retno mengatakan, pertemuan itu adalah ekspresi kekhawatiran atas apa yang terjadi di Rakhine.
"Saya rasa semua orang tahu situasi di sana dan kami mengekspresikan kepedulian," kata Retno. Ia menambahkan hampir semua delegasi menyebut perlunya bekerja sama dengan Pemerintah Myanmar untuk menolong mereka menyelesaikan masalah.
Retno melihat ada semangat untuk lebih melakukan pendekatan konstruktif dari sebelumnya. Semua tindakan tersebut baik dilakukan di saat bersamaan.
Ia menambahkan Indonesia ingin menjadi jembatan antara Myanmar dan ASEAN. Melirik Indonesia pernah menghadapi tantangan yang sama di masa lalu dan ingin berbagi pengalaman dalam transisi demokrasi. Jika permasalahan ini tidak diselesaikan, khawatir radikalisme akan muncul di tengah situasi.
Baca juga, Muhammadiyah Kutuk Tindakan Militer Myanmar Terhadap Muslim Rohingya.