REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah meniti jalan panjang, Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri menuliskan karya monumentalnya. Cendekiawan Muslim yang lebih dikenal sebagai al-Jahiz itu membuahkan karya, Kitab al-Hayawan atau Book of Animals.
Karya ini tercipta bukan dari sebuah ruang kosong. Al-Jahiz sejak awal memiliki ketertarikan dengan ilmu pengetahuan, termasuk kajian Alquran, hadis, dan filsafat. Saat belia, ia sering pula berdiskusi tentang ilmu dengan sebayanya, di masjid yang ada di Basra.
Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, saat al-Jahiz hidup, ketika kebebasan berpikir mendapatkan ruang yang luas, memantik perkembangan pemikirannya secara gemilang. Lalu, lahirlah buku yang kemudian menjadi buah bibir dan menjadi rujukan ilmuwan berikutnya.
Termasuk, para ilmuwan Barat. Al-Jahiz, yang hidup pada abad kesembilan, berbicara tentang ihwal evolusi dan seleksi alam. Ia mengurai dampak dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan fisik hewan. Pun, pengaruh lingkungan terhadap kemampuan hewan bertahan.
Al-Jahiz memberikan gambaran yang benar-benar ilmiah dalam bukunya itu. Ini terlihat dari langkahnya melakukan klasifikasi terhadap sejumlah hewan. Pengklasifikasian diawali dengan jenis hewan yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Pada saat yang sama, ia memasukkan hewan-hewan yang dipelajari ke kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Lalu, kelompok ini dibagi kembali menjadi subkelompok. Langkah ini memang sengaja ia lakukan untuk melacak unit paling utama pada spesies yang ia amati.
Paling tidak, sebagai cendekiawan yang menjelaskan tentang zoologi dan antropologi, dari pengamatan dan pengklasifikasian itu, ia menemukan dan mengakui adanya dampak lingkungan terhadap kehidupan hewan. Ia pun mengamati tentang transformasi atau perubahan pada spesies hewan.