REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi (Fintech) kini mulai terjun ke dalam bisnis pembiayaan atau kredit berskala nominal kecil. Meski begitu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengaku tak menganggap pelaku Fintech sebagai saingan.
"Kami tidak memandang Fintech itu musuh bank. Pada ujungnya, Fintech adalah cara bertransaksi, sehingga mereka juga masih butuh rekening di bank. Jadi Fintech bukan lawan," ujar Wakil Direktur Utama BRI Sunarso, dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (31/1).
BRI pun berkomitmen untuk tetap fokus di bidang kredit segmen mikro untuk mendukung sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kredit segmen mikro perseroan kini tumbuh 18,2 persen secara year on year (yoy), dari Rp 178,9 triliun pada 2015 menjadi Rp 211,5 triliun di 2016.
Pertumbuhan tersebut berkontribusi besar pada pertumbuhan kredit BRI keseluruhan tahun lalu. Totalnya mencapai Rp 635,3 triliun.
BRI juga fokus pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada 2016, total penyaluran KUR menembus Rp 69,4 triliun kepada kurang lebih 3,9 juta debitur. Dengan pencapaian itu, BRI telah berkontribusi 91,1 persen dari total penyalur KUR nasional. "Tingginya tingkat pertumbuhan kredit mikro ini menunjukkan komitmen BRI tetap fokus dan konsisten melayani UMKM. Sektor UMKM merupakan sektor strategis dan akan tetap menjadi fokus bisnis utama BRI ke depan," kata Sunarso.
Menurutnya, supaya tetap dominan di pangsa pasar mikro, BRI harus mengubah strategi. Perseroan berencana mengoptimalkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan operasional perseroan dalam upaya memperluas jangkauan ke nasabah.
Optimalisasi teknologi ini akan didukung oleh tersedianya fasilitas satelit BRI yang sudah mengorbit sejak tahun lalu. "Dalam peta untuk menghadapi Fintech, tidak ada cara lain, selain lewat kolaborasi dengan Fintech," kata Sunarso.