REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengkaji untuk mengubah mekanisme perdagangan pada sesi pra-penutupan indeks harga saham gabungan (IHSG) agar hasil penghitungannya lebih transparan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan bahwa terdapat dua metode dalam sistem perdagangan di sesi pra-penutupan yang sedang dikaji, yakni dengan membuka setiap transaksi saham yang memiliki volume tinggi, dan penutupan perdagangan secara acak pada sesi pra-penutupan itu. "Saat ini, pada sesi pra-penutupan investor tidak pernah tahu fluktuasi harga saham. Nantinya kita akan umumkan setiap transaksi yang permintaannya tinggi, karena suka ada turun-naik saham yang cenderung mendadak. Metode itu juga salah satu prinsip transparansi," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/2).
Menurut dia, dengan metode itu maka pelaku pasar dapat mengetahui pergerakan harga saham yang terbentuk, tetapi masing-masing investor tetap tidak bisa mengetahui broker (perusahaan sekuritas) yang bertransaksi. "Metode itu, sama seperti di bursa Malaysia, Hong Kong, dan Singapura," katanya.
Metode lainnya, kata dia, yakni dengan memberlakukan sistem penutupan perdagangan secara acak pada sesi pra-penutupan. Saat ini, jam sesi pra-penutupan IHSG berada di pukul 15.50-16.00 WIB. "Kalau pakai sistem 'random', maka penutupan perdagangan IHSG akan berbeda-beda waktunya, seperti di bursa Thailand" katanya.
Tito Sulistio mengatakan bahwa pihaknya cenderung memilih metode pra-penutupan seperti bursa Malaysia, Hong Kong, dan Singapura seraya mempelajari metode penutupan acak. "Kalau menggunakan metode random ada aturan baru," ucapnya.