REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan olahraga Bridge diharapkan tidak kalah bersaing dengan cabang olahraga lainnya. Olahraga ini, diyakini mampu membawa nama bangsa harum di dunia internasional.
"Kita hanya perlu memberi perhatian yang lebih maksimal," ujar Pembina Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Anie Hashim Djojohadikusumo, saat pembukaan turnamen Olahraga Bridge Berpasangan 'Dora Sumitro' dalam rangka memperingati Hari Kartini, di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Sabtu (26/4) pagi.
Anie berharap turnamen yang digelar akan menjadi cikal bakal munculnya pemain bridge yang handal di masa mendatang dari Indonesia. Sebenarnya olahraga bridge bukan jenis olahraga yang baru di Indonesia. Indonesia bahkan pernah menjadi negara yang sangat berprestasi dan disegani di kancah olahraga brige dunia.
Rencananya, lanjut Anie, turnamen ini akan digelar setiap tahunnya dengan harapan dapat berkembang pesat dan menjadi salah satu permainan yang digemari masyarakat Indonesia.
"Kalau hasil turnamen ini positif, kita akan gelar tiap tahun. Dan terbuka peluang kita undang pemain brigde dari negara lain untuk ikut bermain," tegasnya.
Turnamen ini diikuti sekitar 200 pemain dari berbagai usia. Pemain paling senior dan pengagas acara ini Herawati Diah (97) bersaing dengan pemain termuda Amelia yang berusia 11 tahun. Pemain perempuan dan laki laki yang akan bermain berpasangan dalam kelompok junior, Ladies dan umum.
"Permainan ini mampu mengasah daya pikiran agar tetap tajam di usia tua sekalipun. Saya sangat menghargai YAD mau turut mendukung kegiatan ini, karena itu nama Dora Sumitro kami gunakan, karena beliau sepanjang hayatnya adalah pemain bridge handal anggota Monday Club," ujar Herawati.
Ketua YAD Hashim Djojohadikusumo berharap turnamen yang diikuti oleh sekelompok pemain bridge perempuan yang lanjut usia, dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi kaum perempuan lainnya.
Bagi Yayasan Arsari Djojohadikusumo, mendukung kegiatan ini adalah sebagai bagian dari upaya memelihara semangat kejuangan Ibu Kartini bagi perempuan Indonesia.
Pada kesempatan itu juga ia mengungkapkan rasa keprihatinannya atas kurangnnya perhatian negara terhadap olahraga.
“DPR dan pemerintah sangat kecil perhatiannya, bukan hanya pada Brigde, tapi pada olahraga lainnya. Padahal olahraga harus diakui dapat dijadikan kebanggaan Indonesia dimata dunia internasional,” tegasnya.