REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim catur pelajar Indonesia berhasil meraih juara umum dalam Kejuaraan Catur Pelajar Dunia ke-10 yang diselenggarakan di Juiz de Fora City, Brasil pada 26 November sampai 4 Desember 2014.
Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Direktorat Pembinaan SMP, Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Supriano mengatakan, tim Indonesia yang terdiri dari 12 pelajar berhasil meraih empat medali emas, tiga medali perak dan satu perunggu. "Ini merupakan keberhasilan yang menggembirakan," katanya di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (6/12) petang WIB.
Menurut dia, sebagian besar peserta, merupakan hasil seleksi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Pembinaan terhadap atlet catur sendiri juga dilakukan sejak ajang 02SN berlangsung.
Supriano melanjutkan, kompetisi di Brasil adalah tahun ketujuh Indonesia mengirimkan timnya. Sebagai bentuk penghargaan prestasi yang diperoleh atlet, Kemendikbud akan memberikan dana
sebesar Rp 12,5 juta untuk peraih medali emas, Rp 7,5 juta untuk peraih medali perak, sedangkan untuk hadiah bagi peraih medali perunggu hadiah diserahkan di direktorat lain.
Di tempat yang sama, Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia, Hashim Djojohadikusumo mengatakan, kemenangan Indonesia menyabet empat emas merupakan hal yang luar biasa. Indonesia harus menghadapi lawan berat seperti Brasil, Amerika Serikat, Rusia, Chili, Peru, dan Inggris.
Para peraih medali ini, terang Hashim, akan diikutkan dalam kejuaraan dunia pada World Youth Chess Championship di Yunani dan World Junior Chess Championship di Rusia pada 2015. "Para pemenang ini tidak perlu seleksi lagi karena sudah menunjukkan kebolehannya," ujarnya.
Hashim juga menekankan pentingnya para pemain catur sebagai olahraga guna meningkatkan kemampuan fisiknya. Pasalnya, atlet harus menjalani tes fisik, berupa lari, treadmill, bahkan angkat besi. Makanya, dibutuhkan kekuatan fisik. Berpikir atau olahraga otak itu juga melelahkan.
"Para pemain catur dunia ini dalam setiap pertandingan bisa memakan waktu lima jam per hari. Padahal dalam ajang pertandingan mereka bisa bertanding selama 11 hari, bayangkan capeknya," kata Hashim.
Selama ini, lanjutnya, sering kali pemain catur Indonesia kurang persiapan fisik. Misalnya kebanyakan makan yang enak-enak tapi tidak ada gizinya, selain itu juga kurang olahraga.
Orang tua pemain catur, lanjut Hashim, juga harus memberikan dukungan dengan menciptakan suasana kondusif di rumah tangganya. Anak jangan sampai stres karena itu memperngaruhi prestasi.
"Orang tua yang rukun sangat berpengaruh pada prestasi anak-anaknya. Ini penting dan tidak boleh dilupakan," ujarnya.