REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Andy Murray mengingatkan negaranya bahwa jika jutaan dolar yang dihasilkan dari Wimbledon telah membuat mereka puas, maka Inggris Raya mungkin harus menunggu selama 77 tahun lagi untuk memiliki juara kelahiran negeri sendiri.
Pria Skotlandia berusia 26 tahun ini menjadi petenis putra Inggris Raya pertama sejak Fred Perry pada 1936 yang memenangi mahkota tunggal putra Wimbledon melalui kemenangan 6-4, 7-5, 6-4 atas petenis peringkat satu dunia, Novak Djokovic, Minggu.
Namun, di tengah histeria dan ucapan selamat dari para bintang Hollywood sampai Ratu Elizabeth, Murray menggarisbawahi bahwa olahraga ini masih memiliki banyak tantangan di Inggris Raya.
Petenis peringkat dua dunia, Murray, merupakan satu-satunya petenis Inggris Raya di peringkat 200 besar dunia. James Ward merupakan petenis terbaik selanjutnya yang menghuni peringkat 219. Sedangkan, Daniel Baker di peringkat 255 dan Alex Bogdanovic menduduki peringkat 275.
Hanya Ward dan Kyle Edmund yang bergabung dengan Murray di Wimbledon. Namun, keduanya tersingkir pada putaran pertama.
Meski Wimbledon meraup keuntungan sebesar 56.248 juta euro pada 2012, hal tersebut tidak memperbaiki nasib olahraga tenis di negara itu.
"Saya akan berharap hal itu tidak akan selama ini lagi. Ini merupakan turnamen yang begitu sulit untuk dimenangi. Maka, mungkin saja ini akan memerlukan waktu yang lama," kata Murray.
"Saya pikir dengan jumlah uang sebesar itu yang diinvestasikan ke olahraga (tenis) di negara ini, maka hal itu (hadirnya juara asal Inggris Raya) tidak akan memerlukan 70 tahun lagi," katanya.