REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Prestasi bulu tangkis Indonesia bisa dibilang meredup dalam beberapa tahun belakangan. Tak dapat dipungkiri bila hingga saat ini Tim Merah-Putih masih belum juga menemukan tokoh kunci di sektor tunggal putra dan tunggal putri.
Terlebih, pemain nasional gagal meraih satu gelar pun di ajang All England 2015, dan yang paling menjadi sorotan tentu dari sektor tunggal. Sejak Hariyanto Arbi dan Susi Susanti (1994) tak ada lagi tunggal Indonesia yang menjadi juara di All England.
Hariyanto Arbi mengatakan, ada beberapa kendala yang membuat tunggal Indonesia kian tenggelam. Selain masalah biaya, faktor regenerasi juga menjadi penyebabnya.
"Untuk menghasilkan pemain besar butuh biaya besar. Butuh dana untuk memberangkatkan pemain ke ajang internasional. Selain itu, yang dikirim juga itu-itu saja. Jadi yang di bawahnya (junior) nggak ke angkat," kata Hariyanto Arbi saat dihubungi Republika, (18/3).
Hal ini diakui oleh Wakil Sekretariat Jenderal Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Ahmad Budiarto. Menurutnya, lemahnya program regenerasi menjadi penyebab mandeknya prestasi bulutangkis Indonesia, khususnya sektor tunggal.
"Ada beberapa hal. Salah satu kelemahan kami adalah terlambat menyiapkan regenerasi," ujarnya.
Namun, PBSI mengklaim sudah menemukan bakat-bakat muda yang bisa diorbitkan di masa depan. Untuk nomor tunggal putra, ada nama Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa.
"Tahun ini kami menetapkan program yang ketat. Mereka akan diberi target berat. Mudah-mudahan mereka bisa berprestasi. Potensinya sudah ada," harap Budiarto.