REPUBLIKA.CO.ID, DELI SERDANG -- Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah dibangun dengan semangat dakwah dan tarbiyah sang pendiri, Ustaz Abdullah Said. Ponpes ini dibangun pada Januari 1973 yang bermula dari rumah kontrakan dengan jumlah santri sembilan orang.
Namun, dalam perkembangannya, ponpes ini telah menyebarkan dai-dainya ke pelosok Medan, Sumatra Utara. Tersebutlah nama KH Choirul Anam atau akrab disapa Kiai Cholil. Ia adalah sebagai dai pelopor dalam upaya menanamkan bibit unggul dakwah.
Terbukti, pada 1993, perjuangan Kiai Choil membuahkan hasil dengan berdirinya ponpes berkonsep ic Green Village. Ponpes modern Hidayatullah ini berdiri di atas lahan seluas 7,3 hektare. Bahkan, pendiriannya pun telah tertulis dalam SK Kemenag Provinsi Sumut No 450/2010 untuk MTs dan SKM Kemenag Sumut No 461/2010 untuk MA.
Berdasarkan data tahun ajaran 2014-2015, ponpes ini membina sebanyak 615 santri tingkat MI, 300 santri tingkat MTs, dan 150 santri tingkat MA. Dari keseluruhan santri itu, sekitar 200 orang tergolong kaum dhuafa. Mereka pun dibebaskan dari biaya pendidikan, biaya asrama serta biaya listrik dan air selama menempuh pendidikannya.
Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitul Maal (TBM) BRI H Tri Wintarto mengatakan, sejak tahun 2014, YBM BRI mencoba untuk peduli melakukan pemberdayaan ponpes dan menjadikannya sebagai program unggulan melalui integrasi program pemberdayaan berbasis ponpes.
Ikhtiar YBM BRI mendukung dan turut membantu ponpes antara lain diwujudkan dengan bantuan beasiswa santri, apresiasi pendidik, pembangunan sarana dan prasarana dan badan usaha milik ponpes (BUMP). "Dengan adanya integrasi itu, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ponpes serta masyarakat di sekitarnya," kata Tri saat melakukan kunjungan ke kantor Republika, belum lama ini.
Salah satu yang mendapatkan bantuan dari program YBM BRI itu adalah Ponpes Hidayatullah Medan. Ponpes ini selain aktif berdakwah dengan program 'dakwah tebar dai pelosok' yang dilakukan ke pedalaman Sumatra Utara, juga melakukan pembinaan secara intensif kepada para mualaf.
Di samping itu, kata Tri, ponpes juga melakukan pembinaan pada seluruh santrinya dengan usaha produktif berupa peternakan ikan lele Sangkurian, penanaman palawija, dan usaha warung makan. "YBM BRI pun mendukung dan turut membantu ponpes," ujarnya. Bantuan yang diberikan di antaranya berupa beasiswa Rp 56 juta, apresiasi pendidik Rp 20 juta serta rehabilitasi kamar mandi ponpes Rp 55,39 juta.