REPUBLIKA.CO.ID, Horb yang dinobatkan sebagai guru terbaik dunia pada tahun 2016. Laporan ini ditulis sendiri oleh editor majalah, Christa Case Bryant. Al-Horb berhasil meraih predikat guru terbaik tingkat dunia atau “The Global Teacher Prize” setelah menyisikan finalis lain dari berbagai negara seperti India, Inggris, Finlandia, dan Amerika Serikat. Penghargaan ini diberikan oleh yayasan sosial, “Varkey Foundation” yang berpusat di Inggris.
Selain mengharumkan nama baik Palestina di kancah internasional, Al-Horb juga berhak mendapatkan hadiah sebesar 1 Juta Dollar Amerika atau sekitar Rp 13 miliar. Kini Al-Horb menjadi inspirasi semua orang yang bergerak di bidang yang sangat vital ini. Salah satu pertimbangan yang mengantarnya meraih penghargaan ini adalah kemampuannya dalam menangani anak-anak yang menderita trauma kekerasan.
Palestina adalah negara yang masih berada dalam jajahan Israel. Sehari-hari anak-anak Palestina disuguhkan dengan informasi akan kekerasan yang terjadi akibat pertikaian antara Israel dan Palestina. Palestina, khususnya di Jalur Gaza, seolah sudah akrab dengan situasi perang yang merusak tatanan kehidupan, ditambah lagi dengan sulitnya kehidupan akibat blokade mencekik Israel yang berkepanjangan.
Situasi ini menuntut kehebatan seorang guru dalam proses belajar mengajar dan pembinaan di sekolah. Guru-guru di Palestina dituntut untuk lebih kreatif agar peserta didik kelak menjadi pribadi terampil, berkarakter baik, dan bijak melihat peristiwa di sekelilingnya.
“Al-Hroub adalah inspirasi bagi para guru dalam peningkatan keterampilan mengajar. Prestasinya di tingkat dunia menambah semangat para guru di Palesitina. Mereka benar-benar merasa punya arti di tengah masyarakat,” tulis Christa.
Salah satu kelebihan Al-Hroub yang diceritakan dalam laporan itu, bahwa ia sangat piawai dalam menghadapi anak-anak yang memiliki kencendrungan emosianal tinggi. Emosi berlebihan ini mendorong mereka untuk melakukan tindak kekerasan di sekolah. Mungkin perasaan semacam ini muncul akibat faktor lingkungan.
Metode mengajar yang ditonjolkan oleh Al-Horb adalah memberi perhatian besar terhadap kepribadian siswa. Dia selalu mencoba untuk menggali potensi yang dimiliki siswanya. Tidak hanya cukup dengan kecakapan mentransper ilmu ke peserta didik, namun lebih dari itu, dia mencoba untuk mencermati bakat, kecenderungan, emosional para siswa, yang dengannya mereka bisa diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan itu sendiri.
Al-Hroub adalah seorang guru yang sudah terbiasa mengajar di kamp-kamp pengusian seperti kamp pengusian yang dekat dari Beitlehem. Meski berada dalam situasi sulit, Al-Hroub selalu mencoba menghadirkan kesejukan dalam proses belajar mengajar.
Dirinya mampu menepis tuduhan Israel bahwa anak-anak Palestina diajari kekerasan, kebencian, radikalisme sebagaimaana yang tercantum dalam kurikulum. “Jangan sekali-kali kita ciptakan situasi permusuhan dan kebencian di dalam kelas,” ujar Al-Hroub.
Saat ini Al-Hroub mencoba mendorong pemerintah Palestina untuk lebih memperhatikan nasib dan masa depan guru, termasuk peningkatan kesejateraan bagi mereka. Namun yang terpenting bagi Al-Hroub, yang kini telah menjadi inspirasi dunia, adalah selalu mendorong pemerintah Palestina agar mendorng pengembangan metode mengajar bagi para guru melalui pelatihan secara intensif.