REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Digerogoti komplikasi penyakit, sastrawan Gerson Poyk meninggal dunia sekitar jam 11.00 WIB di RS Hermina, Depok, Jumat (24/2).
Sastrawan bernama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk sudah terbaring sakit dan dirawat selama 10 hari di RS Herlina, Depok. "Ya betul, bapakku sudah meninggal karena penyakit jantung dan yang lainnya," ujar anak Gerson Poyk, Fanny Poyk dalam pesannya melalui WA, Jumat (24/2).
Sosok Gerson Poyk kelahiran Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) 16 Juni 1931, merupakan sastrawan penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan tahun 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada tahun 1963 ia menjadi wartawan Sinar Harapan hingga 1970. Gerson yang semenjak itu menjadi penulis lepas hingga kini telah menciptakan ratusan karya novel, cerpen, dan puisi. Beberapa karya yang telah dipublikasikan seperti Sang Guru, Nyoman Sulastri, Doa Perkabungan, Requiem untuk Seorang Perempuan, Di Bawah Matahari Bali, Mutiara di Tengah Sawah, dan Surat-surat Cinta Alexander Rajaguguk.
Beberapa karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang dan Turki. Bahkan, banyak mahasiswa dalam dan luar negeri memperoleh gelar S1, S2 dan S3 dengan skripsi dan tesis mengenai karya-karyanya.
Beberapa penghargaan sastra dari dalam dan luar negeri diraih Gerson yakni hadiah Sastra Asia Tenggara “Sea Write Award”, Lifetime Achivement Award dari Harian Kompas, dan Adinegoro Award pada tahun 1985 dan 1986. Selain itu Gerson juga kerap diundang dan mengikuti berbagai acara pertemuan seperti International Creative Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat dan pertemuan sastrawan Asia-Afrika di New Delhi, India.
Nama besar Gerson menjadikan ia “setengah dewa” bagi masyarakat dan sastrawan di tanah kelahirannnya. Bahkan Komunitas Sastrawan NTT menetapkan tanggal lahir Gerson pada 16 Juni, sebagai Hari Sastra NTT. "Besok jenazah papa akan dibawa ke Kupang, akan dimakamkan di tanah kelahirannya," tegas Fanny.