REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sebanyak 110 warga di selatan Somalia meninggal dua Ahad (5/3) akibat kelaparan dan diare yang disebabkan oleh kekeringan parah, Sabtu, (4/3). Sepekan setelah dilantik, Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo mendeklarasikan Somalia mengalami bencana kekeringan. Sebanyak 6,2 juta warga Somalia terancam bahaya akibat kekeringan parah.
Seperti dilansir Aljazirah, kekeringan parah di Somalia merupakan ujian yang sangat berat bagi pihak-pihak yang berkepentingan di Somalia. Kekeringan parah ini juga merupakan ujian bagi komunitas internasional bagaimana komunitas internasional akan merespon kekeringan parah di Somalia, apakah komunitas internasional akan membantu warga Somalia atau hanya diam saja.
Kekeringan parah ini juga menjadi ujian bagi Pemerintah Somalia untuk membantu warganya yang dilanda kelaparan dan kekeringan. Ini juga ujian bagi kekuatan keamanan yang disediakan oleh Pasukan Uni Afrika.
Di utara Somalia, selama tiga tahun hanya ada sedikit hujan. Ini membuat warga Somalia yang hidup bergantung pada suburnya tanah menjadi menderita sebab tanah menjadi kering dan tandus tak menghasilkan bahan makanan.
Tanah yang sangat kering kerontang gagal menghasilkan tumbuh-tumbuhan untuk makanan unta dan kambing. Padahal warga Somalia hidup dengan memakan daging unta dan kambing. Mereka juga meminum susu unta dan kambing. Ternak mereka kelaparan akibatnya mereka juga ikut kelaparan dan menderita.
Para pemimpin lokal di Puntland mengatakan, para perternak telah kehilangan 65 persen ternaknya akibat kekeringan dan kelaparan. Saat ini para pria tengah berjuang mencari binatang untuk makan dengan berburu.
Sedangkan para wanita dan anak-anak melakukan migrasi. Mereka mencari kota-kota yang lebih baik. Mereka berharap bisa menemukan alternatif makanan untuk mengisi perutnya yang kosong.
Orang-orang Somalia yang terpaksa meninggalkan rumahnya akibat kekeringan dan kelaparan membuat tenda-tenda di sepanjang jalan. Mereka berharap mendapatkan bantuan dari para pengendara yang melewati mereka.
Banyak wanita, anak-anak, dan lansia menunggu di pinggir jalananan yang berdebu. Mereka meminta bantua di pinggir jalan.