REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Prof Azyumardi Azra menilai, keberadaan prinsip-prinsip sangat penting di dalam berdakwah. Ia menekankan, seharusnya prinsip-prinsip itu yang dijadikan pegangan setiap penceramah tiap kali berdakwah.
"Seharusnya, setiap dan seluruh ceramah kembali kepada prinsip yaitu hikmah, mauizah hasanah dan mujadalah bil ihsan," kata Azyumardi kepada Republika, Senin (6/3).
Ia menegaskan, ceramah agama wajib tidak mengandung provokasi, menyalhkan pemahaman dan pengalaman dari mazhab-mazhab yang berbeda dari penceramah. Azyumardi merasa, jika ada penceramah seperti itu, jamaah tentu bisa meninggalkan tempat itu.
Tapi, ia menegaskan, meningkatkan ceramah itu harus senantiasa dilakukan dengan cara-cara damai, sehingga tidak perlu ada pertengkaran, apalagi kekerasan. Pasalnya, mereka yang setuju maupun tidak atas ceramah tersebut tentu sama-sama Muslim.
"Jamaah bisa meningkatkan tempat dengan damai, tidak perlu melakukan pertengkaran, apalagi melakukan kekerasan," ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Meski begitu, ia menyarankan, pengurus atau dewan kemakmuran masjid seharusnya tidak mengundang penceramah seperti itu. Menurut Azyumardi, penceramah seperti itu justru bisa menimbulkan tensi dan konflik, di antara jamaah atau umat.