REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya Islamisme memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat Aljazair. Salah satunya jumlah perempuan Aljazair yang mengenakan jilbab menjadi lebih banyak.
Sebagian mereka memutuskan mengenakan jilbab karena pemahaman agama. Dan, sebagian lainnya mengenakan jilbab sebagai bentuk perlindungan diri dari tindakan pelecehan di tempat-tempat umum.
Seperti jalanan, universitas, tempat kerja atau lainnya. Islam juga mencegah berlakunya hukum keluarga yang lebih liberal meskipun mendapat tekanan dari kelompok feminis dan asosiasi.
Islam adalah agama mayoritas di Aljazair. Sebagian besar warga adalah Muslim Suni bermahzab Maliki. Populasi Muslim di negara yang berada di kawasan Afrika Utara ini mencapai 99 persen dari total penduduk.
Sementara, satu persennya adalah kombinasi dari minoritas agama lain di antaranya Kristen dan Yahudi. Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS, jumlah pemeluk Kristen sekitar 100 ribu jiwa, sedangkan Yahudi sebanyak 2000 jiwa.
Kelompok suku terbesar di Aljazair, yaitu Arab Maghreb yang berjumlah 69,9 persen. Selanjutnya, terdapat suku Berber (22,8 persen), Bedouin (6 persen) dan Arab lainnya satu persen.
Masuknya Islam di Aljazair tak lepas dari proses masuknya Islam di Afrika Utara pada abad ke-7. Awal penaklukan Islam di wilayah ini pada masa khalifah Umar bin Khattab dan dilanjutkan oleh Utsman bin Affan.
Kejayaan Islam di Afrika Utara berlangsung pada masa Dinasti Umayyah. Pada awal abad ke-8 sebagian besar suku Berber memutuskan memeluk Islam. Namun, penyebaran Islam di kalangan Berber tidaklah mudah karena banyak peperangan antara kaum Arab dan Berber.