Ahad 12 Mar 2017 20:06 WIB

Presiden Diminta Nonaktifkan Pejabat yang Terlibat Korupsi KTP-El

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Esthi Maharani
Aktivis Koalisi Masyarakat Sipil menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik saat melakukan aksi di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Ahad (12/3).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Aktivis Koalisi Masyarakat Sipil menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik saat melakukan aksi di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Ahad (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Syamsuddin Alimsyah mendesak Presiden Joko Widodo menonaktifkan pejabat yang terlibat kasus korupsi KTP elektronik (KTP-el). Kasus ini merupakan ujian kedua bagi Jokowi membuktikan komitmennya dalam pemberantasan korupsi.

"Dakwaan yang dibacakan di depan sidang menjadi salah satu alat bukti yang cukup kuat keberadaannya," ujar Syamsuddin, usai aksi di depan KPK, Ahad (12/3).

Seperti diketahui, kasus korupsi KTP-el mencengangkan publik. Pasalnya, banyak nama mulai dari anggota DPR, pejabat dan partai diduga menerima aliran proyek tersebut. Untuk itu, kata Syamsuddin, seharusnya DPR dan Parpol segera bergerak untuk bersih-bersih. Misalnya Parpol membentuk tim untuk melakukan investigasi.

Jika Parpol tidak bergerak apapun, Syamsuddin meyakini publik akan menilai pengurus Parpol juga mengetahui. "Ini berbahaya," kata Syamsuddin.

Begitupun DPR, Syamsuddin mendesak melakukan investigasi sendiri. DPR semestinya menjadi bagian yang pertama dalam gerakan anti korupsi. Bukan justru menjadi aktor utama melakukan korupsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement