REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Negara Bagian Rakhine, Myanmar diharapkan dapat selesai pada 2017. Harapan itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla seperti dikutip Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dr Sarbini Abdul Murad di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (17/3).
"Kata Pak Wapres, satu tahun harus selesai. Akhir bulan ini kita kirim tim ke sana, tim teknis mempelajari a-z laah. Cari kontraktornya, MoU-nya, 'stakeholdernya', segala macamlah," kata dia.
MER-C pertama kali mengajukan usulan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine kepada Wapres pada Juni 2016, untuk meminta dukungan menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).
Sarbini mengatakan sejak saat itu, MER-C telah berhasil menghimpun dana sebesar Rp 30 miliar yang berasal dari PMI sebesar Rp 10 miliar, MER-C Rp 10 miliar, dan donatur lainnya Rp 10 miliar.
"Total dana tersebut untuk pembangunan rumah sakit dan alat kesehatan, untuk rumah sakit saja Rp 18 miliar," kata dia.
Sarbini menambahkan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine akan dimulai pada bulan April 2017, di Mrauuk-U, Rakhine, sebuah daerah yang ditinggali warga Muslim Rohingya dan Buddhis.
"Rumah sakit adalah suatu tempat yang netral, tempat berkumpulnya orang-orang lintas agama, lintas status sosial, bahkan interaksi Muslim dan Buddha menyatu, sehingga diharapkan timbul kedekatan dan rasa percaya saling percaya," kata dia.
"Kita harapkan mereka bisa menerima satu sama lain," lanjut Sarbini.
Selain itu, Sarbini mengatakan bahwa Wapres juga mengharapkan agar Rumah Sakit Indonesia di Rakhine dapat memberikan gambaran tentang kehidupan antarumat beragama di Indonesia yang bisa saling bertoleransi dan menghormati.
Hadir pula dalam rapat di Istana Wapres tentang pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, antara lain perwakilan Walubi, PMI, Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, dan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU.