REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Peternak di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, sukses mengembangkan pupuk organik dari limbah kotoran sapi. Pupuk ini mampu meningkatkan produksi padi hingga 20 persen dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Ketua Kelompok Tani Tinombala Desa Dandan Jaya Sodikun di Marabahan, Senin (20/3) mengatakan selain meningkatkan produksi padi, pupuk organik produksi kelompok peternak di daerahnya juga bisa mempercepat pertumbuhan. Seperti untuk penyemaian padi yang seharusnya 20 hari, bisa dilakukan hanya 17 hari. "Bukan hanya itu, kini produksi pupuk organik dari limbah kotoran sapi tersebut, juga menjadi salah satu usaha baru bagi peternak sebagai pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan," katanya.
Ia menjelaskan sebelumnya limbah ternak tersebut dikeluhkan warga sekitar, karena bau yang tidak sedap dan menyengat serta mencemari udara di daerah tersebut. Namun, kini limbah tersebut justru dicari karena masyarakat sekitar mampu mengolah limbah tersebut menjadi "mesin uang baru" untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota kelompok.
Sebelum ada peternakan, masyarakat hanya mengandalkan sektor pertanian padi yang tanam satu kali dalam satu tahun. Saat musim tanam usai, para lelaki daerah tersebut harus keluar daerah untuk mencari pekerjaan tambahan menunggu musim panen."Jadi setiap usai tanam, wanita di daerah sini banyak yang menjadi 'janda' sementara, karena suami harus keluar daerah mencari nafkah tambahan, menunggu masa panen," katanya.
Melihat kondisi tersebut, akhirnya Sodikun mencari jalan untuk mengembangkan sektor peternakan yang kemudian mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan.
Setelah peternakan berkembang, dia mengatakan, timbul masalah baru, yaitu limbah sapi mengganggu masyarakat sekitar peternakan. Hingga akhirnya ditemukanlah sistem produksi limbah organik yang menguntungkan.
Pengembangannya produksi pupuk organik serta peralatannya, dibantu oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan. Kini pupuk organik produksi peternak Dandan Jaya, banyak diburu oleh petani di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, maupun dari provinsi lainnya, karena selain ramah lingkungan juga mampu meningkatkan produksi padi.
Menurut Sodikun, keunggulan pupuk organik itu, antara lain tidak menggunakan bahan kimia dan mempercepat pertumbuhan, seperti untuk penyemaian padi yang seharusnya 20 hari bisa dilakukan hanya 17 hari. "Menggunakan pupuk organik ini, hasilnya juga bisa meningkat hingga 20 persen dibandingkan menggunakan pupuk kimia," katanya.