REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu saat, Khadijah mendengar kabar seorang laki-laki yang terkenal paling tepercaya dan jujur di seantero Makkah. Pria itu bahkan mendapatkan julukan al-Amin dari publik. Ia tidak lain adalah Muhammad SAW. Tingginya rasa hormat penduduk Makkah terhadap pria ini membuat Khadijah tertarik.
Melalui utusannya, Khadijah menawarkan pekerjaan kepada Muhammad . Dalam perjanjian kerja, Muhammad diharuskan membawa muatan dagang yang dimiliki perusahaan Khadijah ke Syam.
Di antara semua rekan kerja Khadijah, Muhammad-lah yang mendapatkan muatan paling banyak dalam kafilah dagang ini. Khadijah juga mengutus Maysaroh mengikuti perjalanan ke Syam.
Syam bukanlah negeri yang begitu asing bagi Muhammad. Sebab, sejak kecil ia sudah diajak pamannya, Abu Thalib, menyertai misi dagang ke sana.
Karena itu, Rasulullah dapat melaksanakan perniagaan muatan milik perusahaan Khadijah dengan baik, cermat, dan menghasilkan keuntungan yang tak sedikit. Apalagi, nama Muhammad sudah terkenal sebagai sosok yang tepercaya. Banyak pedagang Syam yang senang berbisnis dengan Rasul.
Ketika di Syam, ia menjual seluruh barang dagangan yang dibawa dari Makkah hingga seluruhnya laku. Sebagian hasil penjualan ini dialokasikan untuk membeli barang-barang dari Syam agar bisa dijual nanti sesampainya di Makkah. Dengan demikian, profit yang diperoleh Muhammad dan tentunya Khadijah berlipat ganda.