Senin 18 Apr 2022 13:15 WIB

Tafsir Ibnu Katsir Soal Penciptaan Manusia dan Khalifah di Muka Bumi

Tafsir Ibnu Katsir Soal Penciptaan Manusia dan Khalifah di Muka Bumi

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam Surah al-Baqarah ayat 30, Allah berfirman, ''Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman, kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.' Mereka berkata, 'Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?,' Dia berfirman, 'Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'". Ayat ini menjadi salah satu ayat yang dibahas di Kajian Ahad Masjid Nurul Islam, Jalan Mawar Merah Raya No.1, Perumnas Klender, Pondok Kopi, Jakarta Timur, Ahad (19/3).

Baca Juga

Pembahasan ayat ini pun merujuk kepada kitab tafsir yang ditulis oleh Ibnu Katsir, seorang pemikir dan ulama  asal Busra, Suriah. Kitab Tafsir Ibnu Katsir memang menjadi salah satu kitab tafsir paling populer dan banyak digunakan sebagai rujukan oleh kaum Muslim d Indonesia. Pemateri dalam kajian tersebut adalah Ustaz Abu Usamah. Kajian ini merupakan lanjutan dari pembahasan Kitab Tafsir Ibnu Katsir, yang memang digelar secara rutin tiap Ahad.

Ustaz Abu Usamah menjelaskan, ayat 30 Surah al-Baqarah ini berisi tentang anugerah-Nya kepada Bani Adam, yaitu makhluk mulia. Mereka disebutkan di kalangan makhluk tertinggi, yaitu para malaikat, sebelum mereka diciptakan. ''Menurut Ibnu Katsir, makna yang dimaksud di ayat ini adalah 'Hai Muhammad ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,'' kata Ustaz Abu Usamah.

Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT mengumpulkan para malaikat untuk memberikan pengumuman untuk menciptakan khalifah di muka bumi, dalam hal ini adalah manusia atau Nabi Adam. Tidak hanya itu, pengertian khalifah dalam ayat tersebut, Ustaz Abu Usamah mengatakan, menurut Ibnu Katsir adalah suatu kaum yang bergenerasi. Jadi, di muka bumi, manusia tersebut akan berketurunan dan bergenerasi secara terus-menerus.

Kemudian, saat mendapatkan pengumuman dari Allah tersebut, para malaikat bertanya kepada Allah SWT. Namun, pertanyaan tersebut lebih bersifat mencari hikmah atas pengumuman yang diberikan Allah, bukan pertanyaan yang sifatnya bantahan atau penolakan. Jadi, kata Ustaz Abu Usamah, jangan dimaknai pertanyaan yang diajukan malaikat tersebut sebagai pembangkangan.

''Jadi, bukan mengingkari, melainakan mencari hikmah atas pengumuman yang diberikan Allah SWT. Jadi , seolah malaikat bertanya, apa hikmah Engkau menciptakan manusia bergenerasi di muka bumi ya Allah, padahal dikhawatirkan mereka akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah?,'' ujar Ustaz Abu Usamah.

Lebih lanjut, Ustaz Abu Usamah menjelaskan, malaikat pun menawarkan diri kepada Allah SWT. Apabila memang manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, biarlah peran tersebut diambil oleh malaikat. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dituliskan, 'Seakan-akan malaikat mengatakan, 'Kami tidak pernah melalukan sesuatu pun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah), mengapa Engkau tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja.''

Mendapatkan usulan dan pertanyaan dari malaikat, Allah SWT kemudian membantahnya. Berdasarkan kalimat terakhir di ayat 30, Allah berfirman, ''Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'' Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, jawaban Allah SWT seperti yang tertera di potongan ayat tersebut, kata Ustaz Abu Usamah, memiliki makna, Allah SWT lebih mengetahui maslahat yang lebih besar di balik penciptaan manusia dibanding dengan prediksi-prediksi malaikat tentang kerusakan yang akan diciptakan manusia di muka bumi. Salah satu maslahat besar di balik penciptaan manusia tersebut, Allah akan mengutus Nabi dan Rasul untuk memberikan nasihat dan memperingatkan manusia untuk tidak berbuat kerusakan dan membunuh.

''Selain itu di antara manusia tersebut ada orang-orang yang beramal saleh, para siddiqin, ahli ibadah, ahli zuhud, para wali, orang bertakwa, para muqarabbin, dan para ulama yang mengamalkan ilmunya, serta orang khusyuk yang mencintai Allah, dan mengikuti Rasul-Nya. Allah lebih mengetahui hal-hal tersebut. Di sisi lain, semua kehendak Allah tidak dipertanyakan,'' ujarnya.

Kemudian berlanjut di ayat 31 Surah al-Baqarah, Allah berfirman, ''Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, 'Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu benar,'''. Dalam ayat ini terdapat kemuliaan Nabi Adam, yaitu beliau langsung diajarkan oleh Allah SWT. Selain itu, setelah diciptakan, Adam tidak memiliki ilmu, langsung diajarkan oleh Allah SWT.

Kajian Ahad yang digelar DKM Masjid Nurul Islam ini memang mengupas soal kitab Tafsir Ibnu Katsir. Kajian ini pun rutin digelar usai waktu dhuha hingga menjelang waktu zuhur. Salah satu jamaah yang mengikuti kajian ini secara rutin, Syahrul (38 tahun) mengaku, tertarik untuk mengikuti kajian Ahad ini lantaran ingin mengetahui secara lebih lengkap penjelasan dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir. ''Jadi, tidak hanya membacanya saja, tapi juga mendapatkan penjelasan dari ustaz soal kitab tafsir ini,'' kata Syahrul, warga Duren Sawit, Jakarta Timur, kepada Republika usai kajian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement