REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik nama lengkap Muhammad Sulom bin Haji Abdul Kadir ini dijuluki dengan “Imam Bonjol Pattani”. Bukan saja lantaran ia telah membaktikan hidupnya sebagai pendakwah Islam, melainkan juga ikut serta berjuang menegakkan Islam di kawasan Thailand Selatan. Kiprah perjuangan sosok yang akrab disapa Haji Sulong al-Fatani ini tetap melegenda meski nasib dan jasadnya tak pernah terungkap hingga detik ini.
Tokoh kelahiran Kampung Anka ru, Pattani, pada 1895 ini memulai dakwahnya saat kondisi negerinya Pattani Darus Salam telah berubah menjadi bagian dari kawasan Kerajaan Siam. Berbagai tekanan pun diterima etnis Melayu Muslim di Thailand Selatan, hingga negeri ini dijadikan salah satu provinsi taklukan atas persetujuan dari Inggris Raya. Sejak saat itulah, Kerajaan Melayu Pattani pun dihapuskan oleh Kerajaan Siam.
Perampasan negeri itulah yang kemudian menjadi awal perlawanan masyarakat Muslim di Thailand Selatan hingga kini, dan tidak terkecuali apa yang dilakukan oleh Haji Sulong. Selama berkiprah dan berdakwah, Haji Sulong pun kerap mendapatkan ancaman dan tekanan dari pemerintah Kerajaan Siam.
Sorotan
Kiprah Haji Sulong mengajarkan ilmu Islam bukan hanya sampai pada negeri kekuasaan Siam saja. Ia pernah dikabarkan mengajarkan Islam hingga ke Negeri Cham di wilayah Kamboja dan selatan Vietnam. Kiprah Haji Sulong sebagai pendakwah dan pejuang Muslim Thailand pun kemudian menjadi sorotan, khususnya bagi Kerajaan Siam. Berbagai kebijakan yang menekan Muslim Thailand Selatan terus dilakukan, hingga akhirnya dibuat larangan untuk menggunakan bahasa Melayu di kawasan Thailand Selatan.
Berbagai upaya ia tempuh untuk menyadarkan masyarakat, salah satunya melalui lembaga pendidikan. Ia mendirikan Madrasah al-Maarif al-Wataniah di Pattani. Melalui madrasah ini, ia memberikan pesan dakwah Islam sekaligus menyampaikan perjuangan membela Tanah Air.
Namun, upaya Haji Sulong tersebut tercium oleh pemerintah setempat. Kerajaan Siam pun memerintahkan untuk menutup model lembaga pendidikan seperti itu di seluruh Thailand Selatan, tidak terkecuali madrasah yang ia dirikan. Meski demikian, ia tidak patah semangat, ia tetap membuka pengajaran keislaman, tapi tidak lagi menggunakan konsep madrasah atau pesantren seperti sebelumnya.
Ia menggelar kuliah bimbingan pekanan bagi generasi muda Pattani. Kegiatan itu berlangsung dari waktu maghrib hingga isya'. Majelis ini mendapatkan apresiasi besar di mata masyarakat Pattani. Selama bimbingan pekanan tersebut, Haji Sulong mengajarkan kajian keislaman, seperti akidah dan tafsir. Pengajaran ini kemudian kembali memunculkan semangat perlawanan bagi pemuda Muslim Pattani, hingga Perang Dunia II meletus.