REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sudah 10 tahun Christian Gunawan membuka bengkelnya di kawasan Clayton, 30 menit menyetir dari kota Melbourne. Ia berbagi pengalaman apa saja yang perlu dipersiapkan kalau ada mau bekerja di bidang otomotif.
Christian dibawa oleh ayahnya ke Australia ketika masih kecil untuk tinggal dan bersekolah. Baru di tahun 2000 ia kembali ke Kediri, Jawa Timur.
Di kota kelahirannya ini, keluarganya membuka toko penyalur sepeda motor. Christian ikut bekerja di toko ini. "Disitu saya mencintai bagian mesin-mesin, bagian reparasi," ujar pria kelahiran 1977 tersebut.
Enam tahun kemudian, Christian kembali ke Melbourne agar tetap bisa mempertahankan statusnya sebagai warga tetap Australia atau permanent resident.
"Saya sudah tahu apa yang ingin dikerjakan saat itu, menjadi ahli mesin otomotif, tapi di Australia kita perlu mendapat pelatihan formal soal ini," katanya saat ditemui ABC Australia Plus.
"Saya sekolah lagi selama tiga tahun, lalu mengikuti program apprentice [semacam magang] di bengkel mobil."
Christian pun sempat mendapat peringkat teratas dalam program magang yang dimiliki Pusat Otomotif, Transportasi, dan Mesin Australia tersebut. Tonton wawancara selengkapnya bersama Christian lewat video berikut.
Pangsa pasar kecil yang kecil
Christian sudah mengetahui bahwa bekerja di bengkel bukanlah hal yang mudah. Menurutnya pasar di Australia sangat kecil, mungkin karena jumlah populasi yang juga sedikit.
"Sebelum membuka bengkel, saya mulai dari tahap awal yakni jadi mobile mechanic. Jadi kita mengunjungi mobil-mobil di rumah pelanggan untuk servis, semacam menjemput bola," jelasnya.
Baru tiga tahun kemudian mimpinya untuk membuka bengkel terwujud. Sebuah bengkel kini berdiri di kawasan Clayton South. Di tempat ini pun banyak ditemukan bengkel-bengkel mobil lainnya.
Bengkel ini hanya dioperasikan oleh dirinya dengan dibantu istrinya sebagai urusan admin dan pengelolaan kantor. "Di Australia ini pengeluaran untuk membuka bengkel banyak sekali. Tidak hanya gaji pegawai tapi juga kita harus menyediakan asuransi pekerjaan dan kecelakaan," ujar Christian.
"Tapi satu mobil mungkin bisa dikerjakan oleh sendiri atau maksimal dua orang, itu pun jika pekerjaannya sangat berat. Disini saya terbantu karena semua alatnya lengkap."
Pelanggan yang tergantung musim
Christian mengaku pasaran biaya mobil masuk bengkel berkisar antara $80 hingga $180, sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1,8 juta, tergantung dari kerusakannya. Ia mengaku jika pelanggannya beragam, meski kebanyakan adalah warga komunitas Indonesia yang tinggal di Victoria. Ia merasa diuntungkan dengan promosi dari mulut ke mulut.
"Kalau di Australia tergantung musimnya juga. Di musim panas, kita bisa mendapat 20 hingga 30 mobil per minggunya, tergantung pekerjaanya seberapa berat. Biasanya untuk servis, sekitar satu jam bisa selesai, jadi bisa ditunggu," tambahnya.
Christian mengaku rencana yang ada saat ini untuk mengembangkan bengkel miliknya adalah menambah dua orang karyawan. Christian mengaku jika banyak teman-temannya yang pernah juga membuka bengkel atau bekerja di industri otomotif yang kemudian menyerah.
"Jadi saya sarankan benar-benar harus menyukai mesin, suka kotor, suka tantangan, karena teknologi mobil dan otomotif selalu berganti," jelasnya.
Tonton seperti apa bengkel milik Christian lewat video berikut ini.