Rabu 29 Mar 2017 20:47 WIB

Indonesia-Prancis Fokus Isu Kemerdekaan Palestina

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Presiden Perancis Francois Hollande mengadakan konferensi pers saat kunjungan kenegaraan Presiden Perancis di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/3).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Presiden Perancis Francois Hollande mengadakan konferensi pers saat kunjungan kenegaraan Presiden Perancis di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama bilateral dengan Pemerintah Prancis. Salah satu bentuk kerjasama yakni terkait isu-isu internasional seperti kemerdekaan sebuah negara. Presiden Joko Widodo mengatakan, kedua negara saat ini akan memperjuangkan kemerdekaan untuk Palestina. Kemerdekaan ini penting sebagai pengakuan dari seluruh dunia.

"Kedua negara sepakat untuk terus memperjuangkan tercapainya perdamaian Palestina-Israel melalui konsep two state solution," kata Joko Widodo usia pertemuan bilateral, Rabu (29/3).

Sebagai salah satu negara penyumbang terbanyak pasukan perdamaian dunia maka Indonesia-Prancis sepakat untuk meningkatkan kerjasama, termasuk peningkatan kapasitas bahasa Perancis bagi pasukan Indonesia. Indonesia dan Prancis juga bersama-sama membentuk pasukan perdamaian dunia untuk melawan ekstremisme serta terorisme. Kedua negara sepakat mengenai pentingnya penyebaran nilai-nilai toleransi dan menghilangkan xenophobia sebagai bagian upaya memberantas ekstrimisme dan terorisme.

Dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, Presiden Prancis François Hollande menilai bahwa toleransi yang ada di Indonesia sangat baik. Keberagaman suku, budaya, dan agama tidak membuat negara ini banyak diteror oleh aksi ektrimisme dan terorisme.

Hollande melihat Indonesia adalah negara dengan mayoritas umar muslim, dan menjadi negara yang jumlah masyarakat muslimnya terbanyak di dunia. Keberagaman ini justru mampu ternaungi oleh arti kebinekaan yang dipegang teguh masyarakat.

"Indonesia memperlihatkan kebinekaan yang toleran dan menjadi ilham bagi kami. Ini prinsipnya sama kebebasan dan toleransi yang kami miliki sekarang," kata Hollande dalam konferensi pers di Istana Negara.

Dia melihat dengan konsep kebinekaan yang menjadi landasan negara Indonesia, cara hidup masyarakat menjadi kuat ketika bersama-sama. Kekuatan ini pun akhirnya mampu menjadi benteng dalam menghadang terorisme tanpa ada diskriminasi.

Sementara, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, ‎keinginan Pemerintah Perancis untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam pencegahan aksi terorisme memang wajar. Sebab, beberapa waktu lalu Perancis mendapat aksi terorisme. Bahkan aksi ini sudah terjadi beberapa kali.

‎"Sehingga ada kesadaran kita bahwa tanpa kebersamaan terorisme tidak mungkin kita berantas," kata Wiranto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement