Sabtu 01 Apr 2017 20:11 WIB

Pengungsi Suriah Melonjak, Lebanon Khawatir Kerusuhan Sipil Pecah

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Pengungsi Suriah yang menuju Lebanon.
Foto: Embraceme.org
Pengungsi Suriah yang menuju Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri menyatakan kekhawatiran karena negaranya telah menerima hampir satu juta pengungsi Suriah. Ia mengatakan, kerusuhan dapat terjadi seiring dengan meningkatnya ketegangan antara pengungsi dan masyarakat setempat.

"Hari ini jika Anda pergi ke sekitar, ada ketegangan besar antara Lebanon dan Suriah. Saya takut ada kerusuhan sipil," ujar Hariri, Jumat (31/3), dikutip Aljazirah.

Pengungsi dari Suriah berjumlah sekitar seperempat dari populasi Lebanon. Mereka sebagian besar tinggal di kamp-kamp resmi di seluruh negeri dan beberapa di antaranya menghadapi kemiskinan yang parah.

Pemerintah Lebanon telah lama menolak membuka kamp-kamp pengungsi resmi. Pemerintah mengaku takut akan kehadiran pengungsi secara permanen. "Beberapa orang mengatakan kami harus memiliki kamp-kamp pengungsi di Lebanon. Saya mengatakan Lebanon telah menjadi sebuah kamp pengungsi besar," kata Hariri.

Ia juga mengatakan akan mengajukan penggalangan dana untuk mendapatkan dukungan keuangan dari negara asing untuk meningkatkan perekonomian lokal dan membangun infrastruktur. Pengajuan akan diberikan dalam konferensi yang akan membahas masa depan pasca-konflik Suriah, pekan depan di Brussels, Belgia. "Saya akan memastikan dunia memahami bahwa Lebanon adalah berada di ambang krisis," jelasnya.

Dalam upayanya untuk meningkatkan investasi asing, Hariri akan memaksa masyarakat internasional untuk berkomitmen memberikan 10 ribu sampai 12 ribu dolar AS per pengungsi selama rentang waktu lima sampai tujuh tahun. Jumlah tersebut jauh lebuh besar dari jumlah saat ini sebesar 1.000 hingga 1.200 dolar AS. "Saya akan memastikan Lebanon akan berdiri sendiri dan perekonomiannya akan berkembang," kata dia.

Perang saudara di Suriah memainkan peran dalam melemahnya perekonomian Lebanon. Perang juga telah memicu ketegangan antara berbagai komunitas di Lebanon yang mendukung sisi yang berbeda dari konflik. Namun, belum ada konflik antara pengungsi Suriah dan masyarakat Lebanon sejauh ini.

Pejabat Lebanon, dengan mengutip angka Bank Dunia, mengatakan biaya kumulatif dari konflik Suriah yang dikeluarkan Lebanon adalah 18.15 miliar dolar AS pada akhir 2015. Pertumbuhan ekonomi tahunan Lebanon telah melambat lebih dari satu persen dari rata-rata delapan persen saat sebelum perang.

Pemerintah mencari dukungan keuangan untuk program investasi dalam infrastruktur guna meningkatkan perekonomian dan meningkatkan jumlah pengungsi Suriah untuk bisa mendapatkan akses pendidikan. Hariri mengatakan, rencana itu akan sama-sama menguntungkan warga Lebanon dan pengungsi Suriah. Sampai saat ini, jumlah pengungsi Suriah yang tercatat berada di Lebanon mencapai 1,1 juta orang, menurut angka terbaru yang dikeluarkan UNHCR.

Lebanon juga telah menjadi tuan rumah bagi pengungsi Palestina sejak 1948. Selama bertahun-tahun, jumlah pengungsi meningkat drastis, terutama setelah perang 1967, yang memaksa 300 ribu orang Palestina untuk mengungsi.

Pada 2015, pengungsi Palestina menjadi populasi pengungsi terbesar di dunia, dengan lebih dari tujuh juta orang mengungsi secara global. Pengungsi Palestina di Lebanon telah tinggal di 12 kamp pengungsi resmi yang dibangun oleh PBB di seluruh negeri. Meskipun angkanya bervariasi, menurut laporan yang dirilis UNRWA pada 2014, ada sekitar 450 ribu pengungsi Palestina yang tinggal di Lebanon. Banyak dari mereka hidup dalam kondisi sosial dan ekonomi yang mengerikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement