REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyiddin Junaidi meminta agar umat Islam di seluruh dunia tidak bangga secara kuantitas, tapi juga harus meningkatkan kualitas. Pernyataan ini dilontarkan menyusul riset Pew Research Center yang dimuat the Guardian bahwa umat Islam diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia pada tahun 2075.
"Ya semoga kita bukan saja bangga dari sisi kuantitatif, tapi juga segi kualitatif. Jadi harus seimbang, jangan bangga dengan jumlahnya, tetapi juga kualitasnya yang harus ditingkatkan," ujar Muhyiddin saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/4).
Ia mencontohkan, kaum Yahudi di seluruh dunia hanya berjumlah sekitar 14 juta orang. Namun, kata dia, mereka bisa mendikte kebijakan luar negeri Amerika dan Rusia. Menurut dia, mereka bisa berbuat seperti itu lantaran kualitas mereka banyak yang bagus. "Jadi kita harusnya seperti itu. Sejalan dengan pertumbuhan yang tinggi, maka kualitas juga harus seimbang," ucapnya.
Ia mengatakan, saat ini masih banyak umat Islam yang masih menjadi migran di Eropa. Namun, ia yakin suatu saat umat Islam di Eropa akan berbaur dan akan memiliki daya kompetitif yang tinggi. "Sebagai contoh, di Inggris dengan ibu kotanya London, wali kotanya sekarang Muslim kan. Ia terlahir di sana, menempuh pendidikan tinggi, berompetitif, sehingga berhasil di dunia politik," katanya.
Muhyiddin berharap, jika ada umat Islam yang lahir di Eropa, maka harus berpendidikan tinggi, sehingga daya saing umat Islam di Eropa semakin terbuka luas. "Nah ke depan juga kita akan temukan juga di beberapa wilayah di Perancis juga akan memiliki Wali Kota Muslim," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, analisis terbaru dari Pew Research Center yang dimuat the Guardian, Kamis (6/4), menunjukkan jumlah bayi lahir di keluarga Muslim akan menyalip jumlah bayi lahir di keluarga Kristen selama dua dekade mendatang. Prediksi ini juga menyimpulkan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada tahun 2075.