REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepolisian Daerah Jawa Timur masih menunggu data pembanding untuk memastikan identitas enam jenazah terduga teroris yang ditangkap di Kabupaten Tuban, Sabtu (8/4). Data pembanding tersebut berasal dari keluarga masing-masing jenazah.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, enam jenazah tersebut telah dipindahkan dari RSUD Tuban ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim pada Sabtu malam sekitar pukul 22.15 WIB. Selanjutnya, polisi melakukan identifikasi forensik dengan menggandeng seorang profesor ahli forensik dari Universitas Airlangga (Unair).
“Kami sudah memeriksa mulai pukul 22.00 WIB sampai dengan tadi pagi. Kami dibantu oleh profesor dari Unair beserta timnya untuk melakukan identifikasi forensik terhadap keenamnya,” kata Frans Barung kepada wartawan di RS Bhayangkara, Ahad (9/4).
Kabid Humas menambahkan, data primer hasil forensik dan data sekunder harus dicocokkan dengan data pembanding. Frans mengaku timnya sudah mengetahui semua data primer serta sekunder dari tempat kerjadian perkara (TKP) di Tuban.
“Tapi yang menjadi pembanding inilah yang masih kami tunggu untuk melegalisasi, akuntabilitas dan identifikasi. Sehingga kepolisian akan merilis sesuai dengan identifikasi yang sudah betul-betul faktual sesuai dengan data pembanding dicocokkan dengan data primernya dan data sekundernya,” ungkapnya.
Data pembanding tersebut berasal dari keluarga jenazah yang semuanya berasal dari Jawa Tengah. Saat ini, Polda Jatim telah menghubungi Polda Jateng untuk melakukan pemanggilan terhadap keluarga jenazah. “Jateng menyatakan oke untuk diteruskan kepada keluarga sesuai alamat data sekunder yang kami terima,” jelasnya.
Sebelumnya, enam orang yang diduga teroris tersebut terlibat baku tembak dengan aparat gabungan dari Polres Tuban, Komando Distrik Militer Bojonegoro dan dibandu Korps Brigade Mobil Polda Jatim, di persawahan Desa Suwalan, Kecamatan Jenu, Tuban, Sabtu.
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti dari TKP. Di antaranya, mobil Daihatsu Terios bernomor polisi H 9037 BZ, satu kotak amunisi berisi 42 butir, enam pucuk senapan api rakitan laras pendek, enam butir peluru, empat buah sangkur, satu bendel buku jihad, dua buah peta Jawa Barat dan Jawa Timur, serta sebuah buku panduan pendidikan militer.