REPUBLIKA.CO.ID, GRANDE-SYNTHE -- Kebakaran terjadi di kamp pengungsi di utara Prancis kota Dunkirk, di kamp pengungsi Grande-Syinthe pada Senin sore (10/4) waktu setempat. Otoritas setempat menyatakan kebakaran itu bermula dari perselisihan antara pengungsi Afghanistan dan pengungsi Kurdi.
Kebakaran tersebut melalap habis tempat penampungan yang terbuat dari kayu dan 150 pengungsi harus dievakuasi. Kamp pengungsi yang mampu menampung 1.500 pengungsi itu mayoritas dihuni pengungsi dari Irak etnis Kurdi.
“Tidak ada yang tersisa kecuali tumpukan abu. Sepertinya tidak mungkin menempatkan pondokan seperti yang kemarin mereka tempati sebelumnya,” kata Kepala Pemadam Kebakaran wilayah Nord, Prancis, Michel Lalande, dikutip Aljazirah, Selasa (11/4). Lalande juga mengatakan kebakaran itu menjalar hingga beberapa kilometer dari titik api.
Menurut pemadam kebakaran, kebakaran itu menyisakan 10 korban terluka. Selain 10 korban terluka akibat kebakaran, perseteruan antara pengungsi Afghanistan dan Kurdi itu juga menyebabkan enam orang terluka terkena pisau. Sementara para pengungsi dievakuasi di penampungan sementara. Dua tempat gimnasium di Dunkirk menjadi pilihan untuk menampung para pengungsi itu.
“Kebakaran ini sengaja diatur di beberapa tempat yang berbeda. Tidak ada kemungkinan lain. Ini seperti perseteruan antara orang Irak dan Afghanistan,” ujar staf penampungan Grande-Synthe Olivier Caramelle.