REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi Internasional bagi Migrasi (IOM), Selasa (11/4), memperingatkan ratusan migran ditahan dalam kondisi pasar budak di Afrika Utara, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York.
"Saat menggambarkan situasi tersebut sebagai 'menyedihkan', lembaga itu melaporkan ratusan migran Sub-Sahara yang akan pergi ke Libya dijual dan dibeli oleh orang Libya dengan dukungan orang Ghana dan Nigeria yang bekerja buat mereka," kata Dujarric dalam taklimat harian di Markas PBB.
Selama satu pekan belakangan, IOM juga mengetahui beberapa kasus saat migran diculik sebagai imbalan bagi uang tebusan. "Lembaga itu meningkatkan kesadaran di seluruh Afrika mengenai bahaya ini dengan menyoroti kesaksian dari migran di beberapa stasiun radio lokal dan media sosial," katanya.
Petugas operasi di Kantor IOM di Nigeria melaporkan penyelamatan seorang migran Senegal yang pekan ini dipulangkan ke rumahnya setelah ditawan selama berbulan-bulan. Menurut kesaksian pemuda tersebut, saat ia berusaha pergi ke utara melalui Gurun Sahara, ia tiba di Agadez, Niger, tempat ia diberitahu ia harus membayar sebesar 320 dolar AS untuk melanjutkan perjalanan ke utara, menuju Libya.
Seorang penyelundup memberi dia akomodasi sampai hari keberangkatannya, yaitu pergi dengan naik truk bak terbuka. Ketika mobil yang membawanya sampai di Sabha di bagian barat daya Libya, pengemudinya berkeras ia belum dibayar oleh si penyelundup. Pengemudi tersebut membawa para migran ke satu tempat parkir dan di sana lelaki muda itu menyaksikan pasar budak sedang berlangsung.
"Laporan terkini mengenai 'pasar budak' buat para migran dapat ditambahkan pada satu daftar panjang kemarahan (di Libya)," kata Mohammed Abdiker, pemimpin Operasi Darurat IOM. "Situasinya menyedihkan. Makin dalam IOM terlibat di Libya, makin banyak kami mengetahui itu adalah kolam air mata buat terlalu banyak migran."
Abdiker mengatakan dalam beberapa bulan belakangan, staf IOM di Libya telah mendapat akses ke beberapa pusat penahanan, tempat mereka berusaha meningkatkan keadaan. "Apa yang kami ketahui ialah migran yang jatuh ke tangan penyelundup menghadapi gizi buruk sistematis, pelecehan seksual dan bahkan pembunuhan," katanya.
"Tahun lalu, kami memperoleh keterangan 14 migran meninggal dalam satu bulan di salah satu lokasi itu, akibat penyakit dan gizi buruk. Kami mendengar mengenai kuburan massal di gurun."
Ia mengatakan sepanjang tahun ini, Penjaga Pantai Libya dan petugas lain telah menemukan 171 mayat yang hanyut ke pantai Laut Tengah. Penjaga Pantai juga telah menyelamatkan ratusan migran lagi.
"Migran yang pergi ke Libya saat berusaha pergi ke Eropa, tak mengetahui kondisi penyiksaan yang menunggu mereka cuma di seberang perbatasan," kata Juru Bicara Utama IOM, Leonard Doyle di Jenewa. "Di sana mereka menjadi komoditas untuk diperjualbelikan dan dicampakkan saat mereka tak memiliki nilai lagi."