Senin 24 Apr 2017 11:57 WIB

TKW Asal NTB Loncat dari Lantai 2 Saat Hendak Diperkosa Anak Majikan

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Tenaga kerja Indonesia (TKI).    (ilustrasi)
Foto: Republika
Tenaga kerja Indonesia (TKI). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Kabar miris tentang tenaga kerja wanita (TKW) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali terjadi. Muliati Binti Dahri Siatih (20 tahun), perempuan Dusun Kloto, Desa Keruak, Kabupaten Lombok Timur, NTB, memilih melompat dari lantai dua saat mengalami percobaan pemerkosaan di Riyadh, Arab Saudi.

Koordinator Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran Indonesia Perwakilan NTB Muhammad Saleh mengatakan, Muliati bekerja dengan sistem kerja setiap tiga bulan berganti majikan. Saleh menerangkan, tiga bulan pertama saat bekerja bersama seorang majikan, Muliati belum menemui masalah, baik soal gaji atau perlakuan buruk majikan. Namun, karena majikan sangat tertutup, Muliati tidak pernah tahu siapa nama majikannya dan apa pekerjaan majikan.

"Tiga Bulan pertama ia dipekerjakan pada satu majikan yang ia tidak tahu siapa nama majikannya dan dimana alamatnya detailnya," kata Saleh di Mataram, NTB, Senin (24/4).

Pada majikan kedua, nasib naas terjadi pada Muliati. Saat baru bekerja selama sepekan, anak majikan bersama dua temannya berusaha memperkosanya saat kedua orang tuanya (majikannya) tidak di rumah. "Muliati berusaha melawannya, dan selanjutnya bisa lari dan lompat dari rumah lantai dua ke lantai satu. Akibatnya tulang rusuk sebelah kanan patah dan harus dibawa ke rumah sakit. Kejadiannya sekitar tiga pekan lalu," ucap Saleh.

Saleh mengungkapkan, selama satu pekan bekerja di rumah majikan kedua, Muliati melakukan pekerjaan kerumahtanggaan seperti biasanya, dari menyapu, memasak, mencuci dan sebagainya. Kegiatannya dilakukan dari pagi hingga malam. Muliati bekerja pada majikan yang mempunyai satu anak laki-laki yang telah dewasa berusia 20 tahun.

Pada hari ketujuh bekerja, ketika majikan perempuan dan majikan laki-laki sedang keluar rumah. Muliati hanya tinggal bersama anak majikan. Pada saat itu anak majikan menelpon dua temannya untuk datang ke rumahnya. Selanjutnya, di dalam rumah menjadi tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan yaitu Muliati.

"Muliati saat itu dipaksa untuk memasuki kamar, satu orang menodong pisau pada lehernya sementara kedua lainnya mencoba memegang tangan Muliati dan berusaha membuka celana dan celana dalamnya," ungkap Saleh.

Walaupun usaha ini berhasil, Muliati tetap melakukan perlawanan dengan cara menendang dan memukul ketiga lelaki. Karena ketakutan, Muliati lari dan loncat dari rumah lantai dua ke lantai satu.

Ketika terjatuh ke lantai satu, Muliati merasakan dada terasa sesak dan kaki kesakitan. Tetapi masih berusaha berdiri dan lari meminta pertolongan. Selanjutnya, kata Saleh, Muliati ditolong warga dan polisi setempat untuk kemudain dibawa ke Kantor Mahara Agency tempat penyaluran TKI, dan agensi selanjutnya membawanya ke rumah sakit.

"Muliati tidak tahu apa nama rumah sakitnya, karena saat diantar ke rumah sakit ia dalam keadaan pingsan," kata Saleh.

Di rumah sakit, kata Saleh, Muliati ternyata harus dioperasi karena ternyata tulang rusuk sebelah kanan ditemukan patah dan dipasangi besi penyanggah (pen) untuk menyambungkan tulang rusuk yang patah. Sampai sekarang pun masih merasakah sakit yang tiada tara pada dadanya serta bekas operasi. Di sisi lain Muliati terus menerus keluar darah pada bagian hidung dan telinganya.

"Yang sangat disesalkan, biaya rumah sakit tidak ditanggung oleh agensi atau oleh majikan, tetapi dibayar sendiri dari hasil jerih payahnya ia bekerja," ucap Saleh.

Saleh mengatakan, setelah lebih satu pekan dirawat di rumah sakit, selanjutnya Muliati dibawa lagi ke Mahara Agency dan dikirim lagi ke rumah majikan tempat majikan kedua. Di tempat ini majikan tetap memperlakukan Muliati sebagai tenga kerja biasanya, walaupun tahu, bahwa Muliati baru selesai melakukan operasi akibat loncat dari lantai dua dan itu ulah dari anak majikan sendiri.

Saleh menuturkan, Muliati tak kuat bekerja selama dua hari lantaran sakit yang dialaminya. Muliati dibawa teman-teman sesama TKI ke rumah sakit. Namun, tidak bisa melakukan tindakan medis lanjutan, karena hasil rekam medis sebelumnya disobek oleh agensi.

"Posisi Muliati sekarang bersama teman-teman di sebuah kantor penampungan di Sarikah Mahara Alwadi Exit 6 Riyadh, Arab Saudi. Saat ini bantuan yang datang hanya dari teman-temannya sesama pekerja di Arab Saudi," kata Saleh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement