REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menyampaikan, selama empat bulan tahun 2017 tercatat sebanyak 150 orang terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Munculnya penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aides aegepty diperngaru oleh cuaca di daerah itu.
"Serangan DBD yang terjadi saat ini ada kaitannya dengan faktor cuaca," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Tenny Swara Rifai kepada wartawan di Garut, Jawa Barat, Jumat (28/4).
Ia menuturkan, angka kasus DBD terhitung sejak Januari sampai April 2017 itu masih tergolong tinggi, meskipun dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan. Menurut dia, intensitas hujan yang tinggi di Garut tidak hanya menimbulkan bencana alam, tetapi menjadi salah satu penyebab munculnya kasus DBD.
"Makanya kasus DBD ini patut diwaspadai karena tak menutup kemungkinan angkanya masih akan terus bertambah," katanya.
Ia menyampaikan, jajarannya sedang melakukan validasi terhadap penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aides aegepty tersebut. Namun munculnya kasus DBD yang diindikasikan dengan panas tinggi dan menurunnya trombosit, kata Tenny, belum tentu terjangkit DBD. "Panas tinggi dan mengalami penurunan trombosit belum tentu juga bisa dikatakan penyakit DBD, bisa saja baru suspek," katanya.
Ia menyampaikan, Dinas Kesehatan Garut terus berupaya menekan angka kasus DBD dengan melakukan sosialisasi menjaga kebersihan lingkungan juga dilakukan pengasapan. Namun upaya pengasapan yang selama ini dilakukan kurang efektif karena tidak mematikan jentik nyamuk atau tempat berkembangbiaknya nyamuk.
"Yang lebih efektif adalah dengan melakukan PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk, bisa dilakukan dengan program Tiga M juga, yaitu membersihkan, menguras, dan mengubur barang-barang bekas yang biasa dijadikan sarang nyamuk," katanya.