Selasa 02 May 2017 00:45 WIB

Jelang Pemilu Final, Dua Kandidat Presiden Prancis Diragukan Kemampuannya

Rep: dian erika n/ Red: Budi Raharjo
Menteri Perekonomian Prancis Emmanuel Macron
Foto: independent
Menteri Perekonomian Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Sepekan menjelang putara kedua pemilihan Presiden Prancis, masih banyak pemilih yang dilaporkan ragu terhadap kemampuan kedua kandidat. Berdasarkan jajak pendapat yang diterbitkan pada Ahad (30/4), masyarakat Prancis masih meragukan kemampuan calon pemimpin mereka dalam mengatasi masalah keamanan.

Dilansir Reuters, Senin (1/5), survei Ifop menyoroti potensi dua calon pemimpin Prancis, Emmanuel Macron dan Marine La Pen dalam mengambil simpati pemilih di putaran kedua. Sebelumnya, beberapa jajak pendapat memprediksi Macron yang merupakan mantan Menteri Ekonomi akan memenangkan pemilu putaran kedua pada 7 Mei dengan perolehan suara sekitar 59 persen - 60 persen suara.

Namun, berdasarkan beberapa survei dalam pekan terakhir, Le Pen terbukti mampu mengambil lima persen suara. Meski demikian, survei Ifop mencatat keraaguan sebanyak 45 persen pemilih. Menurut mereka, kedua calon pemimpin itu tidak akan mampu menghentikan persoalan pengangguran yang selama beberapa tahun belakangan menjadi masalah serius di Prancis.

Sementara itu, sebanyak  36 persen pemilih mengaku tidak yakin kedua kandidat mampu melindungi Prancis dari teror keamanan. Sebab, sejak 2015 lalu, negara itu berada di bawah kondisi darurat. Perancis pun tercatat menerima berbagai serangan dari sejumlah oknum yang mengatasnamakan dirinya bagian dari milisi ISIS.

Bahkan, sebelum pemilu putaran pertama pada 23 April lalu, seorang perwira polisi Prancis ditembak mati dan dua orang lainnya menderita luka-luka akibat serangan yang dkiklaim dilakukan oleh ISIS.

Jajak pendapat Ifop juga menemukan 42 persen pemilih percaya Macron dan Le Pen tidak dapat menyatukan kembali negara tersebut setelah berbulan-bulan melakukan kampanye.  Sebanyak 43 persen pemilih mempertanyakan apakah mereka dapat memerintah setelah resmi dilantik nantinya.

Melihat hasil jajak pendapat ini, hasil akhir pemilu sangat bergantung kepada para swing voters dan pemilih yang masih abstain. Pada putaran pertama lalu, sebanyak 22,2 persen warga memilih abstain. Angka ini adalah capaian abstain tertinggi sejak 2002 lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement